Posted on

Perkembangan Teknologi untuk Hadapi COVID-19 (episode 1)

Awal tahun 2020 ini, masyarakat di seluruh dunia digemparkan dengan adanya temuan kasus virus bernama Corona atau yang disingkat dengan sebutan COVID-19. Virus tersebut pertama kali diberitakan muncul di salah satu kota di China, yakni Wuhan. COVID-19 kini menjadi wabah yang menyebar di banyak negara, begitu pula di Indonesia. Kasus wabah virus ini semakin bertambah setiap harinya di berbagai negara yang terkena imbasnya. Akibatnya, banyak rumah sakit yang kewalahan mengatasi membludaknya jumlah pasien, baik yang masih menjadi suspect, maupun yang sudah dinyatakan positif terjangkit virus tersebut. 

Mewabahnya COVID-19 juga membawa dampak bagi persediaan masker medis dan hand sanitizer. Masyarakat berbondong-bondong membeli barang tersebut sebagai upaya antisipasi penularan COVID-19. Sayangnya, wabah ini dijadikan peluang bisnis bagi produsen dan pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab dengan menaikkan harga masker medis dan hand sanitizer. Harga yang tadinya sangat terjangkau, kini berubah menjadi sangat tidak masuk akal. Bahkan, kedua barang penting tersebut sudah mulai langka keberadaannya. Hal itulah yang dirasakan oleh Vania, seorang micro-influencer dari Kota Yogyakarta. Ia sangat paham bagaimana susahnya mencari masker medis dan hand sanitizer di berbagai pusat perbelanjaan dan apotek. 

“Kalo kayak begini, gimana ya nasib mereka yang kurang mampu? Beli bahan makanan aja susah, apalagi beli masker medis, sabun cuci tangan, dan hand sanitizer yang harganya aja melebihi harga bahan makanan.” ujar Vania.

“Iya, Van. Gila banget sih keadaan sekarang ini. Semua dimanfaatkan oleh mereka untuk dapat untung berkali-kali lipat. Kalau orang yang mampu ya oke, masih bisa mengusahakan ya.” balas temannya, Putri. 

“Kalau begini terus, ada kemungkinan besar mereka yang kurang mampu untuk beli barang-barang itu bakalan punya potensi yang lebih karena mereka gak bisa memproteksi diri mereka kayak yang dianjurkan WHO kan.” sambung Putri.

“Gimana kalau kita bantu mereka dengan cara kasih donasi barang-barang yang dibutuhkan?” tanya Vania.

“Boleh, tuh. Ajakin juga teman-teman sesama influencer mu untuk menyumbang juga. Supaya makin banyak yang berdonasi, semakin besar jangkauan penerima donasinya.”

“Oh ya, oke aku coba ajakin teman-teman yang lainnya ya.”

Setelah munculnya ide tersebut, Vania segera memberitahukan rencananya kepada teman-teman sesama influencer melalui grup WhatsApp mereka. Tidak butuh waktu yang lama untuk mengumpulkan donatur, Vania dan rekan-rekannya segera bertemu dan berdiskusi. Mereka akan memberikan donasi berupa masker medis 200 kotak, hand sanitizer 200 botol, dan sabun cuci tangan 100 saset. Sayangnya, mereka masih kebingungan menentukan kemana mereka harus memberikan donasi tersebut, karena mereka sendiri tidak tahu di mana lokasi yang paling besar kemungkinannya terjangkit COVID-19. 

“Apa iya kita harus ke Jakarta untuk menyalurkan donasi ini? Tapikan Jakarta lagi parah banget. Perkantoran dan sekolah saja sudah diminta untuk bekerja dari rumah, bahkan mall aja udah sepi.” tanya salah satu rekan Vania.

“Duh, jangan. Ntar kita yang bantu kasih donasi, kita juga terinfeksi. Kita harus jaga diri kita sendiri juga.” jawab Vania. 

“Aduh, kalian kenapa sih repot-repot mikirin itu? Kalian gak tau sekarang teknologi sudah semakin canggih? Ada lho namanya aplikasi Pure Heart. Ini adalah aplikasi khusus untuk investasi sosial berbasis blockchain. Jadi, nanti kita cuma kasih donasinya aja lalu yang mendistribusikan donasi kita itu ya Pure Heart ini. Kita gak perlu khawatir donasi kita akan disalahgunakan, karena donatur dapat mengetahui perkembangan donasi tersebut, seperti didonasikan kemana, berapa banyak, pokoknya sangat transparan deh!” jelas salah satu rekan Vania.

“Wah, boleh tuh dicoba. Jadi kita kasih donasi tanpa perlu datang langsung ke tempat dan tanpa perlu bingung mau didonasikan ke mana. Boleh banget nih. Kamu tolong urus ya bagian Pure Heart-nya!” 

Setelah semua kebutuhan selesai, termasuk juga kerjasama dengan Pure Heart, donasi mereka segera disalurkan. Tidak butuh waktu yang lama, dalam hitungan 3 hari, seluruh barang yang mereka donasikan sudah disalurkan ke tempat-tempat yang tepat. Mereka pun mendapatkan laporan terkait donasi yang mereka berikan itu dalam bentuk laporan digital yang diberikan oleh Pure Heart. Untuk mengetahui lebih lengkap tentang Pure Heart, klik link berikut ini https://www.pureheart.ledgernow.com 

Vania sangat senang dapat membantu mereka yang kesusahan untuk mendapatkan keperluan untuk memproteksi diri dari penularan COVID-19. Setelah mengenal Pure Heart, ia merasa ingin kembali berdonasi dan menggunakan aplikasi tersebut. Baginya, berdonasi tidak pernah semudah ini. Ia ingin uang yang ia dapatkan sebagai seorang micro-influencer juga digunakan untuk rutin beramal. Untuk mengatur keuangannya dengan baik, Vania juga menggunakan sebuah aplikasi bernama YONK yang membantunya mengatur transaksi dari berbagai akun bank agar Vania tidak kesusahan untuk mengontrol pemasukan dan pengeluarannya. Selain itu, ia juga memanfaatkan kecanggihan teknologi blockchain untuk melakukan tracking terhadap transaksi keuangannya dengan menggunakan sistem Fintrack. Mau tahu cerita lebih lengkapnya? Klik link-link berikut ini https://www.yonk.io https://www.fintrack.id

 

Episode 2 …

Posted on

Rumah Surga Bagi Mereka Yang Membutuhkan

“Itu Kak, aku kan mau bikin rumah pintar dan rumah sehat. Rencananya besok aku ingin cari donatur. Karena fokus ku ingin semua anak di Indonesia bisa mendapatkan pendidikan yang sesuai. Tadinya aku mau ajak Ditto untuk ikut promosikan, lumayan kan dipromosikan artis hehe” Jawab Yoya

“Wah ribet dong Ya kalau kamu cari donatur kayak gitu. Kamu kan sibuk, emang kamu ada waktunya?” tanya Kale.

“Tenang Kak, kan aku pake sistem blockchain pada Pureheart yang memudahkan setiap penggunanya” Jawab Yoya.

PureHeart salah satu aplikasi berbasis blockchain yang memudahkan perusahaan dalam membantu anak-anak Indonesia untuk menjadi penerus bangsa yang membanggakan dengan bantuan pendidikan dan lainnya yang dapat memberikan manfaat bagi perkembangan mereka. Banyak anak-anak Indonesia yang masih sulit mendapatkan bantuan dana dan pendidikan yang merata akibat sulitnya akses. PureHeart dengan sistem blockchain yang memiliki sistem transparansi terpercaya dan traceability yang tinggi sehingga perusahaan sebagai donatur tidak lagi perlu khawatir dengan laporan dana yang dapat terjangkau secara real time dan aman. Bantu anak-anak Indonesia lebih mudah mendapatkan pendidikan yang merata. Klik link berikut untuk informasi selengkapnya www.pureheart.ledgernow.com

“Bisa sih Ya, nanti aku bantu sumbang yaa. Nanti aku promosikan lewat media sosial aku juga ya. Biar banyak orang-orang yang memiliki dana berlebih bisa nyumbangi ke project yang ingin kamu buat”. Kata Ditto

“Makasih ya To”. Jawan Yoya dengan senyum.

Ditto senang bisa ikut membantu Yoya mewujudkan cita-cita membangun rumah pintar dan rumah sehat. Ditto sadar, bahwa pendidikan sangat penting untuk penerus bangsa agar melahirkan penerus cerdas, kreatif dan bisa berinovasi. Dampak yang Yoya rasakan sangat besar ketika Ditto membantu menyebarkan lewat media sosial. Jika dilihat dari jumlah angka followers Ditto yang banyak maka tak heran jika banyak sumbangan yang mengalir kepada project yang ingin Yoya lakukan. Seminggu rehat dari dunia musik, kondisi Ditto semakin membaik. Ditto perlahan mencoba mengurangi rokok, rajin berolahraga dan meminum air putih. Yoya setia mendampingi Ditto untuk selalu menjaga kesehatan Ditto. Makanan Ditto juga selalu terjaga, mulai minggu lalu Ditto berlangganan catering makanan sehat dan makanan untuk darah rendah. 

Namun ditengah waktu istirahatnya untuk persiapan besok manggung di salah satu mall di Jakarta, Ditto mendapatkan pesan di HPnya. Ia kaget membaca isi pesan dari produser musik yang menyatakan bahwa  Ditto membatalkan konser manggung secara sepihak dan tidak mengembalikan dana yang sudah dibayarkan. Padahal urusan seperti ini, bukan Ditto yang mengatur, melainkan Kale, sang manajer dan asisten pribadi Ditto. Selama seminggu beristirahat, Kale memutuskan untuk beristirahat juga dengan pergi berlibur ke Negara Amerika. Ditto dan Kale benar-benar memanfaatkan waktu istirahatnya dan sampai tidak berkabar satu sama lain. Namun betapa terkejutnya Ditto mendengar pesan dari salah satu produser televisi yang protes karena uang pembatalan manggungnya tidak dikembalikan. Ditto membalas pesan tersebut untuk dengan meminta produser televisi menghubungi Kale sang manager. Tak lama setelah pesan WhatsApp dibalaskan Ditto, produser televisi membalas lagi jika ia sudah menghubungi Kale namun tidak ada jawaban. Ditto mencoba merekap hasil pemasukan yang selama ini ia dapatkan dan melihat jadwal manggung selama 3 bulan kedepan. Dalam merekap hasil pemasukan selama ini membutuhkan waktu dan data-data yang cukup banyak. Terkejut ketika Ditto melihat, ada jadwal manggung dan syuting iklan bentrok secara bersamaan. Rasa marah dan kesal Ditto rasakan. Ditto langsung menghubungi Kale melalui telepon dan…..

Kira-kira apa yang sedang terjadi? Penasaran bagaimana kelanjutan kisahnya, klik disini.

 

Episode 1 | Episode 2 | —- to be continue

Posted on

Anak Desa Boleh Bermimpi dan Sukses -1-

Pagi ini aku melihat bentangan langit biru yang bersih, aku melihat banyak turis asing yang sedang berjemur di bawah cahaya matahari pagi. Aku berfikir kenapa turis-turis ini mengunjungi kampung ku, apa pekerjaan mereka di negaranya, aku duduk di atas pasir putih sambil menatap laut biru. Di tepi pantai banyak anak-anak berambut pirang berkulit putih sedang bermain istana pasir dengan tertawa gembira. Lanjut di samping aku melihat anak-anak kampungku sedang mengutip botol kaleng di tepi pantai. Itu juga yang aku lakukan ketika masih kecil, aku membantu ibu mencari botol bekas untuk di jual. Aku sering membaca buku di perpustakaan desa, salah satu buku yang ku baca mengatakan bahwa jika ingin kaya kamu harus kerja keras, karena usaha tidak menghianati hasil. 

Namun, aku tidak percaya dengan kata-kata itu, karena kami disini sudah sangat bekerja keras, dan tidak pernah malas. Namun kemiskinan makin parah setiap tahunnya. Aku belum pernah melihat daerah lain selain kampungku dan kampung sebelah, bahkan aku hanya pernah melihat pulau Jawa melalui tv di rumah kepala desa, aku tak percaya bahwa itu benar-benar Indonesia. Sungguh indahnya, jalanan penuh dengan aspal hitam yang mulus, di kampungku hanya ada beberapa jalan saja yang baru diaspal dan menjadi lokasi bermain anak-anak desa.

Rumah kami dikelilingi oleh pohon-pohon yang terlebih terlihat seperti hutan bagi kami. Rumah panggung sederhana yang cukup untuk melindungi kami dari panas dan hujan. Dulunya jika menjelang malam hari kami hanya menggunakan lilin yang cukup menerangi waktu makan dan belajar anak-anak desa. Namun kini kita mendapatkan bantuan peminjaman dana untuk memasang panel surya di beberapa tempat. Cukup untuk menerangi gelapnya malam diantara pohon-pohon besar yang cukup seram. Untunglah kami dikenalkan dengan teknologi REEF yang membantu keluarga-keluarga didesa kami. 

Masyarakat di desaku banyak yang berprofesi sebagai nelayan ataupun buruh. Kami hidup dari bekal  kerja keras dengan memanfaatkan sumber daya alam Indonesia yang kaya raya. Selain sulitnya pekerjaan selain menjadi buruh, pendidikan di desaku ini juga masih sulit dijangkau. Banyak yang harus putus sekolah karena tidak mampu, dan pendidikan yang masih sangat minim sistemnya.  

Beruntungnya aku bisa lulus sekolah menengah atas. Aku cukup rajin belajar di sekolah, beberapa kali aku mendapatkan rangking pertama di sekolah. Semangatku ingin menjadi orang sukses yang dapat membantu perekonomian di desa ku ini. Mimpiku cukup tinggi, namun akan aku gapai sedikit demi sedikit meskipun berasal dari keluarga miskin.

Banyak anak-anak di kampungku tidak melanjutkan sekolah karena harus membantu orang tua mereka bekerja, meskipun keadaan ekonomi yang sulit di desaku, namun warga desa kami sangat menikmati kehidupan mereka, anak-anak yang bermain di sore hari bersama teman-temannya, dan ibu-bu desa yang berkumpul kadang sambil membuat kerajinan traditional. Oleh karena itu karena warga yang kompak satu sama lain, desaku ini menjadi aman dari tindakan kriminal. Meskipun begitu para pekerja di desa tidak mendapatkan upah yang sesuai dengan kebutuhan pokok yang semakin mahal, harus hidup dengan serba kehematan dan seadanya akibat upah yang minimal. Belum lagi akses pendidikan yang terbatas, rumah sakit terbatas, infrastruktur terbatas, semua dengan keterbatasan. Bayangkan saja gaji guru honorer di kampungku cuma 500 ribu, dan di bayar 3 bulan 1 kali, apakah itu wajar? Sangat tidak wajar. Bagaimana guru-guru bisa bertahan hidup dengan keadaan seperti itu. Tapi disini sudah sangat wajar seperti itu banyak warga kampung kami yang menjadi TKI di negara orang karena tidak sanggup melihat keadaan yang sangat miskin, bukan kami tidak mau bekerja tetapi memang pekerjaan yang tidak ada. 

Belum lagi jika musim kemarau, air bersih sangat sulit ditemukan, anak-anak sebelum pergi sekolah mereka harus mendaki bukit dulu untuk mengambil air untuk dikonsumsi sehari-hari. Sedih rasanya di tempat banyak turis datang dengan gembira dibalik itu banyak masyarakat sekitar yang menderita akibat kemiskinan. Aku 3 bersaudara, 2 orang saudara ku sedang pergi merantau ke Malaysia untuk mencari pekerjaan. Temanku yang menjadi TKI di Jepang juga mengajak aku untuk ikut bersamanya mencari rezeki yang lebih layak, karena aku harus membantu ibu yang sedang sakit. Bapaku masih bekerja menjadi petani ubi, hanya ubi yang bisa ditanam dan tidak mengeluarkan uang yang banyak. setelah ubi di panen ubi itu akan di oleh menjadi tepung lalu akan di jual. Mata pencaharian masyarakat disini rata-rata menjadi buruh nelayan dan menjadi petani ubi. 

Namun nasib baik akan selalu datang diwaktu yang tepat, doa-doaku selama ini akhirnya dipanjatkan oleh Tuhan, Sardo teman baikku sejak dulu menjadi jawaban atas doa-doaku… 

 

Episode 2…

Posted on

Berbagi Kebaikan Untuk Nelayan Miskin

Pak Amir sontak terkejut ketika pulang kerumah sehabis mencari peralatan menangkap ikan di kota sebelah, ia melihat putrinya yang terbaring diatas kasur yang kusam itu merintih kesakitan, badan putrinya lemas, suhu badan meningkat serta keringat yang bercucuran “kamu kenapa nak? kenapa badan kamu panas seperti ini? bu, ini putri kenapa bu? sakit apa putri sampai seperti ini? tanya Amir dengan nada yang sangat khawatir.

Dengan berlinang air mata, istri pak Amir pun menjawab “aku ga tau pak, tapi kata tetangga sih ini seperti penyakit demam berdarah”, sahut bu Imas sambil menangis.

Ketika pak Amir sedang memeriksa tubuh putrinya, datang seorang tetangga bernama Pak Muhidin, pak Muhidin kaget melihat pak Amir dan istrinya sedang menangis tersedu-sedu, lalu ia pun masuk dan menanyakan hal yang sedang terjadi “Loh mir, ada apa? kok nangis gitu? itu putri sakit? ayo bawa ke rumah sakit sekarang”, ujar Pak Muhidin dengan tergesa-gesa membantu pak Amir menggendong putri tercintanya.

Saat itu hari sudah mulai sore, matahari yang sebentar lagi akan terbenam, pak Muhidin bergegas mengeluarkan motor nya dari garasi samping dan langsung mencoba untuk menyalakan motor tersebut. Tetapi motor pak Muhidin tak kunjung menyala, dikarenakan kondisi motor yang sepertinya rusak. Alhasil, pak Muhidin meminjam motor tetangga samping rumahnya, untungnya tetangga tersebut berbaik hati meminjamkan.

Perjalanan dari rumah pak Amir ke rumah sakit sekitar 10 kilometer, perjalanan yang panjang itu membuat pak Amir dan pak Muhidin meningkatkan kecepatan laju nya agar mereka bisa cepat sampai ke rumah sakit. Tetapi di suatu jalan yang ia lewati, terdapat sebuah kecelakaan, ada mobil truk yang pecah ban di tengah jalan, mengakibatkan jalan tersebut tidak dapat dilalui dan harus mengambil jalan memutar, jalan memutar itu lumayan jauh, harus ditempuh dengan tambahan jarak 5 kilometer. Dengan hati gundah pak Amir berdoa dalam hatinya “ya allah, bantulah kami, permudahlah jalan kami menuju rumah sakit, agar anak saya bisa dapat segera diberikan perawatan”.

Ditengah perjalanan untungnya pak Muhidin menemukan jalan singkat yang bisa membawa mereka lebih cepat ke rumah sakit. Pak Muhidin pun langsung berbelok ke jalan tersebut. Sesampainya di rumah sakit, pak Amir dan pak Muhidin membawa putri ke ruangan ICU tepat didepan pintu masuk rumah sakit, disana putri langsung mendapatkan pertolongan pertama oleh perawat-perawat yang sigap dan cekatan. Ketika putri sedang diperiksa di ruangan ICU, pak Amir dan pak Muhidin didatangi oleh seorang suster untuk diarahkan ke ruang administrasi “Permisi pak, anak bapak sudah kami bantu lakukan pertolongan pertama, untuk biaya administrasinya tolong segera dibayar ya, bapak bisa langsung ke ruangan administrasi yang ada di lorong sebelah kanan”. ujar sang perawat tersebut.

Pak Amir termenung, berfikir bagaimana caranya membayar semua pengobatan anak bontotnya itu, karena ia yakin biaya yang harus dia bayar tidak sedikit. Sambil termenung, pak Amir berdiri dan mulai menuju lorong yang ada di ujung, sebelumnya ia menitipkan satu pesan kepada pak Muhidin “Din, saya titip putri ya, kamu tolong tungguin putri disini, saya mau ke ruang administrasi dulu”.

Lorong terasa panjang, langkah kaki pak Amir terasa sangat berat, karena ia berpikir darimana ia bisa membayar semua pengobatan putri tercintanya itu, ia memang memiliki sisa uang dari pinjaman yang didapatkan untuk membeli peralatan menangkap ikan, tetapi jika ia memakai uang tersebut, bagaimana ia bisa membeli peralatan lainnya untuk menangkap ikan di laut. Sesudahnya ia sampai di ruangan administrasi, ia bertanya kepada pelayan disana mengenai pembayaran perawatan putrinya, “permisi bu, saya Amir ayahnya Putri yang sedang dirawat di ruang ICU, untuk pembayarannya kira-kira berapa ya total semuanya?” tanya Pak Amir kepada suster tersebut.

Betapa terkejutnya pak Amir ketika mengetahui bahwa uang yang harus disiapkan tidaklah sedikit, ia harus membayar minimal sebesar 2 juta untuk perawatan anak nya di rumah sakit tersebut hingga sembuh dan diperbolehkan pulang. “bu, apa tidak salah? saya tidak punya uang sebanyak itu, apa tidak ada keringanan?” tanya Pak Amir kepada pelayan administrasi.

Dengan tegas, perawat tersebut berkata bahwa nominal yang harus dikeluarkan Pak Amir telah sesuai dengan prosedur administrasi rumah sakit, tetapi pak Amir terus meminta kelonggaran agar biaya pengobatan anaknya bisa dikurangi. Karena itu merupakan prosedur mutlak dari rumah sakit, suster tersebut tidak bisa mengurangi uang yang harus pak Amir bayar. Tetapi beruntungnya pak Amir, suster tersebut memberikan informasi bahwa sedang ada bantuan pembayaran untuk warga kurang mampu yang diselenggarakan oleh Pureheart, pak Amir langsung bahagia, apakah ia bisa mendapatkan kesempatan itu, kemudian ia bertanya lebih jelas kepada suster tersebut “bu, benarkah itu? bagaimana saya bisa mendapatkan bantuan dari pureheart itu? apa yang harus saya lakukan?” tanya Amir dengan nada bahagia sambil meneteskan air matanya, berharap itu merupakan anugerah untuk ia dan putrinya.

Dengan seksama pak Amir mendengarkan penjelasan dari suster dan mencatat segala informasi yang didapatkan, agar ia bisa lolos seleksi sebagai penerima bantuan dari Pureheart. Tidak lama kemudian, pak Amir tergesa-gesa mendatangi lokasi yang ditunjukkan oleh suster dan mencoba untuk mendaftarkan dirinya sebagai calon penerima bantuan dari Pureheart, beruntungnya pak Amir bisa lolos seleksi dan bisa mendapatkan bantuan yang sangat berarti untuk ia dan putrinya, betapa bahagianya pak Amir dan Istrinya mendengar jika putrinya bisa dirawat dirumah sakit tanpa harus memikirkan bagaimana cara membayar biaya pengobatan yang mahal itu.

Beberapa hari berlalu, putri pak Amir telah dinyatakan sehat oleh dokter dan sudah diperbolehkan untuk pulang ke rumah, tetapi dokter memberikan syarat, yaitu putri harus tetap menjalani check up ke rumah sakit selama beberapa bulan kedepan. Bagaimana kisah selanjutnya mengenai Pak Amir serta Putrinya? yuk baca kisah selengkapnya di link berikut https://www.aell.co/

Posted on

Dibantu Atau Membantu?

Dibantu atau membantu?

————-

Tanpa membalas ucapan Putri, Pak Yono dan Bu Yuli segera menghampiri Putri. Polisi memberikan surat yang menyatakan penangkapan Putra sebagai tersangka penjual barang haram narkotika. Hampir pingsan, Bu Yuli tak percaya jika anak laki-lakinya bisa berbuat sejahat itu. Dengan keadaan pasrah, keluarga memperbolehkan polisi memeriksa seisi rumah. Melihat hati Ibunya hancur, Putri merasa marah dan kecewa kepada Kakaknya. 

Polisi tidak mendapatkan barang bukti di rumah Pak Yono. Memang Putra jarang berada dirumah. Namun Putri ingat, Putra memiliki sahabat yang selalu ia tumpangi rumahnya. Sahabat Putra bernama Reihan. Reihan tidak memiliki ayah dan ibu, di rumahnya ia hanya sendiri, tak ada pengawasan dari orang tua. Dan benar saja, ketika polisi mendatangi rumah Reihan, sekelompok geng Putra ada didalamnya. Mereka mencoba melarikan diri, namun gagal. Setelah bergelut bersama polisi, Putra dan gengnya ditahan dan terbukti sebagai pemakai dan kurir narkotika. Menurut pengakuan Putra, ia dipaksa melakukan pekerjaan ini karena memiliki hutang budi ke Reihan. Putra divonis hukuman seumur hidup atau hukum mati. Raut wajah Bu Yuli tidak bisa dibohongi, kecewa dan kesedihan yang mendalam terlihat jelas di mukanya. Setelah sidang selesai, ada satu oknum yang datang menghampiri keluarga Pak Yono. Oknum itu memberikan penawaran.

“Pak, Bu apa benar kalian orang tua dari Putra?”. Oknum bertanya

“Iya Pak benar, ada apa ya?” tanya Pak Yono.

“Begini Pak, anak Bapak dan Ibu termasuk ke pengguna juga, apalagi dia menjadi kurir karena paksaan. Kalau saran saya anak ibu bisa nantinya dipindahkan ke rehabilitasi. Sebenarnya anak ibu dan bapak hukumannya bisa diringankan, karena anak kalian hanya menjadi kurir yang disuruh mengantarkan bukan yang menjualnya. Namun itu semua membutuhkan biaya Pak, Bu”. Oknum tersebut memberikan penawaran.

“Maksud anda, anak saya bisa direhabilitasi saja? Tidak masuk penjara, begitu?”. Tanya Bu Yuli dengan raut wajah sedih dan bingung.

“Iya Bu benar, tapi itu semua membutuhkan biaya. Sekitar 1 miliar lah Bu. Tidak banyaklah demi anak”. Jawab si oknum.

“Maaf Pak, beri kami waktu ya. Kami butuh berfikir terlebih dahulu. Terima kasih, permisi.” Jawab Putri dengan tegas.

Putri dan kedua orang tuanya bergegas untuk pulang dan beristirahat. Putri ingat, besok ia dan komunitasnya akan menjalankan misi untuk membantu pendidikan bagi anak yang kurang mampu. Keesokan harinya, pagi hari Putri sudah siap bergegas memulai hari dengan rapat bersama komunitasnya. Bu Yuli hari ini tidak menjalankan aktivitasnya sebagai pengrajin, mungkin dia masih lelah dengan kejadian kemarin.

Selama rapat berjalan, sesekali Putri tampak diam memikirkan nasib Kakaknya. Namun Putri harus tetap fokus dengan rencana yang sudah diatur bersama komunitasnya. Di Indonesia, masih banyak masyarakat yang kurang mampu, dampaknya adalah terputusnya pendidikan anak. Putri berharap, komunitasnya mampu membantu seluruh penjuru Indonesia, bukan hanya di sekitar desa Putri saja.

“Jika boleh usul, kita bisa membuat proposal secara jelas dan rinci mengenai tujuan kita. Nantinya proposal itu bisa diberikan kepada donatur-donatur untuk menyumbangkan biaya pendidikan kepada yang membutuhkan”. Usul Putri.

“Menurutku cara tersebut sudah kuno Put, dan terlalu memakan banyak waktu. Apalagi tujuan kita ingin membantu seluruh penjuru Indonesia yang belum tersentuh bantuan pendidikan. Kita membutuhkan cara yang praktis, cepat dan efisien.” Raja memberikan pendapat.

Raja memberikan solusi dengan menggunakan sistem blockchain untuk membantu pendidikan anak di Indonesia. Dengan Pureheart yang menggunakan sistem blockchain akan membantu memberikan beasiswa kepada anak-anak kurang mampu sesuai dengan minatnya. PureHeart adalah salah satu aplikasi donasi pendidikan menggunakan sistem teknologi Blockchain yang memiliki sistem yang transparansi dan traceability sehingga para donatur dapat mengetahui setiap kegiatan PureHeart yang telah didonasikannya dalam membantu anak-anak Indonesia untuk menjadi penerus bangsa yang berpendidikan dan sukses.

Pureheart turut andil dalam membantu program pendidikan untuk mempersiapkan generasi-generasi terbaik penerus bangsa dan juga untuk menghasilkan sumber daya manusia yang unggul. Jika anda ingin tahu lebih lanjut, silahkan cek website www.pureheart.ledgernow.com untuk informasi selengkapnya.

Dengan teknologi blockchain, semua pekerjaan bisa berjalan dengan praktis dan sistematis. Kita semua sepakat terkait bantuan pendidikan anak, Pureheart bisa membantu dengan mudah. Setelah rapat komunitas selesai, Putri bergegas pulang ke rumah diantar Raja. Jarak tempat rapat dan rumah Putri cukup dekat. Mereka berdua jalan menuju rumah Putri sambil bercerita mengenai permasalahan yang Putri alami. Raja hanya bisa memberi dukungan dan semangat. 

“Mau mampir dulu?” tanya Putri

“Iya Boleh”. Jawab Raja

Sesampainya dirumah, Putri memastikan bahwa Ibunya dalam keadaan yang baik-baik saja. Raja menunggu di teras rumah Putri, tak lama Putri datang membawakan air.

“Nih minum dulu”. Kata Putri.

“Iya makasih ya Put”. Jawab Raja.

Mereka berbincang hangat disusul dengan kedatangan Ibu Putri yang ikut bergabung. Tak lama saat itu, ada ibu muda datang dan bertanya dengan nada tinggi. Postur tubuhnya berisi, namun tidak gemuk. Dengan polesan lipstik merah menyala, dan baju yang super ketat. 

“Oh ini rumah Pak Yono? Kamu istrinya ya?? Perkenalkan, saya Merli. Kamu tau tidak, suamimu itu, main belakang dengan saya! Tapi karena suamimu bodoh, jadi berhasil lah saya untuk mengambil kesuksesan yang kamu miliki sekarang.” Kata Merli.

“Bisa dibicarakan secara baik-baik dulu Bu?” Tanya Raja menenangkan suasana.

Belum selesai dengan permasalahan yang menimpa Putra, Bu Yuli dan Putri kembali diterpa masalah keluarga. Ibarat pepatah, sudah jatuh tertimpa tangga pula. Putri hanya bisa memeluk sang Ibu yang menangis. Suasana semakin tidak kondusif karena Bu Merli mengeluarkan surat rumah yang sudah dialihkan nama menjadi atas milik Bu Merli. Selang beberapa menit, Pak Yono datang dengan raut wajah kaget.

“Ayah, bisa Ayah jelaskan ini semua??!” tanya Putri dengan nada emosi

Episode 1 | Episode 2 ————- To Be Continue