Pak Amir sontak terkejut ketika pulang kerumah sehabis mencari peralatan menangkap ikan di kota sebelah, ia melihat putrinya yang terbaring diatas kasur yang kusam itu merintih kesakitan, badan putrinya lemas, suhu badan meningkat serta keringat yang bercucuran “kamu kenapa nak? kenapa badan kamu panas seperti ini? bu, ini putri kenapa bu? sakit apa putri sampai seperti ini? tanya Amir dengan nada yang sangat khawatir.
Dengan berlinang air mata, istri pak Amir pun menjawab “aku ga tau pak, tapi kata tetangga sih ini seperti penyakit demam berdarah”, sahut bu Imas sambil menangis.
Ketika pak Amir sedang memeriksa tubuh putrinya, datang seorang tetangga bernama Pak Muhidin, pak Muhidin kaget melihat pak Amir dan istrinya sedang menangis tersedu-sedu, lalu ia pun masuk dan menanyakan hal yang sedang terjadi “Loh mir, ada apa? kok nangis gitu? itu putri sakit? ayo bawa ke rumah sakit sekarang”, ujar Pak Muhidin dengan tergesa-gesa membantu pak Amir menggendong putri tercintanya.
Saat itu hari sudah mulai sore, matahari yang sebentar lagi akan terbenam, pak Muhidin bergegas mengeluarkan motor nya dari garasi samping dan langsung mencoba untuk menyalakan motor tersebut. Tetapi motor pak Muhidin tak kunjung menyala, dikarenakan kondisi motor yang sepertinya rusak. Alhasil, pak Muhidin meminjam motor tetangga samping rumahnya, untungnya tetangga tersebut berbaik hati meminjamkan.
Perjalanan dari rumah pak Amir ke rumah sakit sekitar 10 kilometer, perjalanan yang panjang itu membuat pak Amir dan pak Muhidin meningkatkan kecepatan laju nya agar mereka bisa cepat sampai ke rumah sakit. Tetapi di suatu jalan yang ia lewati, terdapat sebuah kecelakaan, ada mobil truk yang pecah ban di tengah jalan, mengakibatkan jalan tersebut tidak dapat dilalui dan harus mengambil jalan memutar, jalan memutar itu lumayan jauh, harus ditempuh dengan tambahan jarak 5 kilometer. Dengan hati gundah pak Amir berdoa dalam hatinya “ya allah, bantulah kami, permudahlah jalan kami menuju rumah sakit, agar anak saya bisa dapat segera diberikan perawatan”.
Ditengah perjalanan untungnya pak Muhidin menemukan jalan singkat yang bisa membawa mereka lebih cepat ke rumah sakit. Pak Muhidin pun langsung berbelok ke jalan tersebut. Sesampainya di rumah sakit, pak Amir dan pak Muhidin membawa putri ke ruangan ICU tepat didepan pintu masuk rumah sakit, disana putri langsung mendapatkan pertolongan pertama oleh perawat-perawat yang sigap dan cekatan. Ketika putri sedang diperiksa di ruangan ICU, pak Amir dan pak Muhidin didatangi oleh seorang suster untuk diarahkan ke ruang administrasi “Permisi pak, anak bapak sudah kami bantu lakukan pertolongan pertama, untuk biaya administrasinya tolong segera dibayar ya, bapak bisa langsung ke ruangan administrasi yang ada di lorong sebelah kanan”. ujar sang perawat tersebut.
Pak Amir termenung, berfikir bagaimana caranya membayar semua pengobatan anak bontotnya itu, karena ia yakin biaya yang harus dia bayar tidak sedikit. Sambil termenung, pak Amir berdiri dan mulai menuju lorong yang ada di ujung, sebelumnya ia menitipkan satu pesan kepada pak Muhidin “Din, saya titip putri ya, kamu tolong tungguin putri disini, saya mau ke ruang administrasi dulu”.
Lorong terasa panjang, langkah kaki pak Amir terasa sangat berat, karena ia berpikir darimana ia bisa membayar semua pengobatan putri tercintanya itu, ia memang memiliki sisa uang dari pinjaman yang didapatkan untuk membeli peralatan menangkap ikan, tetapi jika ia memakai uang tersebut, bagaimana ia bisa membeli peralatan lainnya untuk menangkap ikan di laut. Sesudahnya ia sampai di ruangan administrasi, ia bertanya kepada pelayan disana mengenai pembayaran perawatan putrinya, “permisi bu, saya Amir ayahnya Putri yang sedang dirawat di ruang ICU, untuk pembayarannya kira-kira berapa ya total semuanya?” tanya Pak Amir kepada suster tersebut.
Betapa terkejutnya pak Amir ketika mengetahui bahwa uang yang harus disiapkan tidaklah sedikit, ia harus membayar minimal sebesar 2 juta untuk perawatan anak nya di rumah sakit tersebut hingga sembuh dan diperbolehkan pulang. “bu, apa tidak salah? saya tidak punya uang sebanyak itu, apa tidak ada keringanan?” tanya Pak Amir kepada pelayan administrasi.
Dengan tegas, perawat tersebut berkata bahwa nominal yang harus dikeluarkan Pak Amir telah sesuai dengan prosedur administrasi rumah sakit, tetapi pak Amir terus meminta kelonggaran agar biaya pengobatan anaknya bisa dikurangi. Karena itu merupakan prosedur mutlak dari rumah sakit, suster tersebut tidak bisa mengurangi uang yang harus pak Amir bayar. Tetapi beruntungnya pak Amir, suster tersebut memberikan informasi bahwa sedang ada bantuan pembayaran untuk warga kurang mampu yang diselenggarakan oleh Pureheart, pak Amir langsung bahagia, apakah ia bisa mendapatkan kesempatan itu, kemudian ia bertanya lebih jelas kepada suster tersebut “bu, benarkah itu? bagaimana saya bisa mendapatkan bantuan dari pureheart itu? apa yang harus saya lakukan?” tanya Amir dengan nada bahagia sambil meneteskan air matanya, berharap itu merupakan anugerah untuk ia dan putrinya.
Dengan seksama pak Amir mendengarkan penjelasan dari suster dan mencatat segala informasi yang didapatkan, agar ia bisa lolos seleksi sebagai penerima bantuan dari Pureheart. Tidak lama kemudian, pak Amir tergesa-gesa mendatangi lokasi yang ditunjukkan oleh suster dan mencoba untuk mendaftarkan dirinya sebagai calon penerima bantuan dari Pureheart, beruntungnya pak Amir bisa lolos seleksi dan bisa mendapatkan bantuan yang sangat berarti untuk ia dan putrinya, betapa bahagianya pak Amir dan Istrinya mendengar jika putrinya bisa dirawat dirumah sakit tanpa harus memikirkan bagaimana cara membayar biaya pengobatan yang mahal itu.
Beberapa hari berlalu, putri pak Amir telah dinyatakan sehat oleh dokter dan sudah diperbolehkan untuk pulang ke rumah, tetapi dokter memberikan syarat, yaitu putri harus tetap menjalani check up ke rumah sakit selama beberapa bulan kedepan. Bagaimana kisah selanjutnya mengenai Pak Amir serta Putrinya? yuk baca kisah selengkapnya di link berikut https://www.aell.co/