Posted on

Pemahaman yang Tertukar

Pernah mengalami yang namanya berbeda pendapat dengan rekan? Hanya mau bergaul dengan orang yang berlatar belakang sama? Ataupun memberikan stereotip negatif kepada orang yang tak sejalan dengan kita? Pasti kita pernah mengalami atau melakukannya. Hal-hal seperti itu sangat lumrah terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Kadang kawan paling dekat bisa jadi lawan yang sangat berat, atau sebaliknya yang sebelumnya rival justru jadi sahabat. Disadari atau tidak, kita seringkali cenderung menganggap segala sesuatu yang berbeda dengan kita itu adalah “lawan”. Uniknya, kita hidup di negara yang penuh dengan perbedaan, kebhinekaan menjadi keniscayaan yang tidak bisa diingkari. Coba saja tengok di sekitar, banyak sekali contoh yang bisa kita dapatkan. Hal itu tak lepas dari sebuah teks yang mendasari persatuan kita yakni Sumpah Pemuda. Gerakan pemuda-pemuda daerah yang akhirnya sepakat untuk melebur menjadi kesatuan yang kuat. Terbukti, dari peristiwa tersebut semangat mulai muncul dan berujung pada kemerdekaan Indonesia. 

Di zaman serba modern ini, nilai-nilai persatuan dalam kebhinekaan sedikit tergerus. Masyarakat yang dipenuhi barang-barang canggih makin individualis. Jika ada yang tak sejalan, sependapat atau sama langsung saja dianggap lawan. Pemikiran ini sebenarnya keliru, karena sejarah sudah membuktikan ketika para pemuda yang berbeda latar belakang bersatu memunculkan semangat baru yang kuat, berarti itu adalah dasar kita untuk melihat sebuah perbedaan dan kebhinekaan sebagai anugerah. 

Tak melihat latar belakang atau atribut lain yang melekat, sewajarnya kita menganggap semua merupakan saudara sebangsa. Sepatutnya kita mengakui Indonesia memang lahir karena kebhinekaan dan hal itu tak bisa diubah lagi. Mungkin pemahaman kita pernah keliru, saat menganggap orang yang sama dengan kita adalah kawan, dan orang yang berbeda adalah lawan, namun pemahaman yang tertukar itu sebaiknya direnungkan kembali dengan sebuah analogi ini. “Bisa saja kita mewarnai sebuah kertas putih dengan satu pensil berwarna merah, namun alangkah lebih indah jika kertas putih itu dipenuhi gambar dengan warna yang berbeda-beda.”   

 

More Information
Power Of Diversity
https://pureheart.ledgernow.com/category/power-of-diversity/
Instagram : https://instagram.com/pureheartid/

 

Oleh : Yanuaris Wicaksana
Instagram: @wicaksanaris