Posted on

Belajar Toleransi Dari Kelompok “Punk”

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki populasi penduduk terbanyak keempat di dunia. Dilansir dari worldometers.info, negara dengan penduduk terbanyak nomor satu di dunia saat ini diraih oleh negara Tiongkok. Kemudian dilanjutkan oleh negara India, Amerika Serikat dan Indonesia. Dengan jumlah populasi yang tidak sedikit, Indonesia tentu memiliki keanekaragaman budaya bahkan setiap tahunnya terdapat budaya baru yang masuk dan mempengaruhi gaya hidup masyarakat Indonesia. Salah satu kelompok budaya yang sampai saat ini masih bertahan di Indonesia adalah Punkers atau yang biasa dikenal sebagai kelompok anak punk.

Anak punk hadir sebagai komunitas yang saling berbagi selera musik yang sama, yaitu musik Punk. Untuk mengetahui apakah individu tertentu merupakan bagian dari “Anak Punk”, masyarakat sering kali melihat dari gaya berpakaian mereka yang unik, penuh tindikan, rambut warna-warni, serta tato. Gaya penampilan yang terlihat unik dan berbeda dari masyarakat biasanya, sering kali menimbulkan persepsi bahwa anak punk merupakan orang jahat yang tidak segan untuk berlaku kriminal tanpa alasan yang jelas. Dari situlah muncul stereotip bahwa anak punk itu anarkis, padahal perilaku anarkis yang terlihat oleh sebagian masyarakat Indonesia belum tentu dilakukan oleh seluruh kelompok punk yang ada di Indonesia.

Stereotip yang hadir dapat terlihat dari cara masyarakat yang cenderung acuh dan sinis saat menghadapi kedatangan anak punk. Sebagai contoh saat di transportasi umum, biasanya hadir kelompok anak punk yang ngamen atau menghibur penumpang dengan nyanyian mereka. Sebenarnya tidak ada yang aneh dari syair atau lirik lagu yang dinyanyikan oleh sebagian dari mereka. Lirik yang mereka lantunkan, menyampaikan konteks perlawanan dan kritikan terhadap kondisi sosial ekonomi di Indonesia juga. Dari lirik lagu yang mereka nyanyikan terdapat rasa kepedulian terhadap negara dan masyarakat yang memiliki nasib seperti mereka atau masyarakat kelas bawah. 

Mungkin terlihat keras, arogan atau tidak sopan namun hal itu adalah seni setidaknya bagi kelompok mereka. Dengan ini masyarakat biasa atau non punk masih kurang bisa menoleransi keberadaan kelompok punk, padahal tujuan mereka dan kita semua sama. Sama-sama menginginkan negara ini berubah menjadi lebih baik walaupun melalui cara penyampaian yang beragam. #PowerOfDiversity

 
 
More Information
Power Of Diversity
https://pureheart.ledgernow.com/category/powerofdiversity/
Instagram : https://www.instagram.com/pureheartid/ 

 

Oleh : Maria Benedicta
Instagram : @marbenz_