Posted on

Kebakaran Hutan di Australia, Apa yang Salah?

Kebakaran yang terjadi di Australia memberikan duka yang cukup mendalam bagi seluruh dunia, Dilansir dari historia.id kebakaran di Australia yang terjadi sejak bulan September 2019 hingga saat ini melahap hampir enam juta hektar dan menjadi sejarah kebakaran terbesar di Australia, Beberapa wilayah bagian juga sudah terkena dampaknya seperti hujan abu di South Island dan Selandia Baru. 

Kebakaran yang melanda Australia sejak awal September 2019 mengakibatkan ratusan rumah hilang, puluhan orang tewas, hampir lima juta hektar hutan dan ladang di Australia hangus terbakar. Coba bayangkan, jika lima juta hektar hutan hangus terbakar lalu bagaimana nasib binatang mamalia, burung dan reptil yang tinggal di hutan?. Tidak hanya itu, jika kita mendengar kata Australia sudah pasti hewan koala sudah ada di bayangan kita. Hewan yang lucu dan menggemaskan ini menjadi salah satu icon dari Australia selain Kangguru. Mirisnya, akibat kebakaran ini sebagian populasi koala harus musnah. Hal ini disebabkan karena kebakaran hutan yang menjalar hingga di kawasan cagar alam pesisir New South Wales, Australia, diprediksi telah menewaskan setengah dari jumlah populasi Koala yang merupakan hewan endemik di Australia.

Selain itu, kebakaran yang terjadi di Australia juga mengakibatkan kekeringan, suhu yang semakin tinggi dan kesulitan mendapatkan air bersih. Perlu diwaspadai temperatur suhu yang tinggi, kelembaban yang rendah dan angin yang bertiup kencang dapat membuat api lebih mudah berkobar. Hal ini mengakibatkan masyarakat yang tinggal di kawasan paling parah harus mengungsi ke negara bagian lainnya. Beberapa waktu lalu, hujan sempat turun dan memberikan sedikit perasaan lega bagi masyarakat Australia karena cuaca menjadi sedikit agak dingin. Akan tetapi, tidak cukup untuk mengakhiri kekeringan yang melanda Australia ditambah lagi banyak titik api yang masih belum bisa dipadamkan.

Pemerintah Australia sudah berupaya penuh melakukan pemadaman dimulai bulan September 2019 hingga saat ini. Para warga sekitar pun secara sukarela juga ikut bergotong royong untuk memadamkan api. Belum lagi ditambah kelangkaan air juga menjadikan kondisi semakin sulit. Dalam beberapa kasus pihak berwenang terpaksa harus mengebor tanah demi mencukupi kebutuhan air di Australia. Kondisi yang semakin parah menjadikan puluhan sekolah dan puluhan fasilitas umum terpaksa harus ditutup sejak bulan September. 

Australia sama halnya dengan Indonesia yang memiliki hutan yang cukup luas. Sehingga menjadi hal yang wajar apabila terjadi kebakaran hutan di Australia maupun Indonesia. Australia juga mengenal manajemen kebakaran hutan dan pentingnya kebakaran dalam meregenerasi tanah. Akan tetapi, kebakaran di Australia saat ini menjadi sangat mengerikan karena belum pernah terjadi sebelumnya, Kebakaran tentu saja dapat terjadi akibat api yang dinyalakan secara tidak sengaja di hutan maupun petir yang menyambar. Namun hal itu juga dapat dipengaruhi oleh faktor lain seperti kelembaban tanah yang rendah yang mengakibatkan api cepat membesar. 

Lalu, apakah bencana ini merupakan pengaruh dari perubahan iklim? Banyak dari berbagai sumber menyatakan bahwa kebakaran yang terjadi di Australia tidak ada kaitannya dengan perubahan iklim. Lantas apa penyebab dari kebakaran hutan di Australia?

Kebakaran di Australia terjadi karena dipengaruhi oleh musim kemarau yang cukup panjang dan diperburuk dengan pemanasan global. Saat kebakaran hutan terjadi karbondioksida akan dilepaskan bersama dengan gas rumah kaca menuju atmosfer. Selama kebakaran yang terjadi mulai September 2019 hingga saat ini, emisi karbon dioksida yang dihasilkan dari kebakaran hutan di Australia selama 3 bulan terakhir cukup banyak dan kira kira membutuhkan waktu seabad untuk menyerap karbon dioksida yang telah dilepaskan.

Meskipun kebakaran hutan terjadi di Australia, tidak ada salahnya apabila kita melakukan hal kecil yang dapat berpengaruh kepada dunia. Pureheart sangat peduli terhadap lingkungan dan isu-isu perubahan iklim yang saat ini menjadi perhatian dunia. Oleh karena itu, Pureheart mengajak untuk lebih peduli dan peka dimulai dari lingkungan sekitar. Salah satunya seperti mengganti bahan bakar kendaraan bermotor dengan bahan bakar yang tidak menghasilkan gas karbon monoksida, mengolah atau mendaur ulang limbah asap industri, melakukan penghijauan dan reboisasi atau pohon-pohon pengganti dan kita juga bisa mulai dari hal-hal sederhana seperti menghemat pemakaian listrik. Seperti yang kita ketahui bahwa energi listrik yang kita pakai sekarang masih berasal dari pembakaran energi fosil yang dapat mengakibatkan emisi gas karbon yang dapat berdampak negatif ketika terus menerus digunakan. Satu hal kebaikan yang kecil, bisa menjadi dampak besar bagi banyak orang. Kalau bukan kita yang memulai dari sekarang, siapa lagi?Yuk cari tau info selengkapnya di https://pureheart.ledgernow.com/ 

Posted on

Kebaikan Kecil Bermakna Besar

Berprofesi sebagai Business Development di salah satu perusahaan Jakarta, Rey sering bepergian keluar kota untuk menemui client-client. Menghabiskan banyak waktu di stasiun atau bandara membuat Rey banyak menghabiskan uang membeli kopi atau makanan cemilan yang tentunya memiliki harga lebih mahal karena pajak usaha di stasiun/bandara. Terkadang Rey harus terpaksa untuk menahan dirinya tidak membeli minuman atau makanan di bandara agar tidak terjadi pemborosan, namun apa daya terkadang waktu yang mepet tidak memungkinkan membeli makan di luar bandara. Sejak saat itu Rey memutuskan menggunakan kartu kredit salah satu bank di Indonesia, karena ia melihat iklan yang mengatakan pengguna kredit akan mendapatkan free kopi StartB*cks setiap transaksi penerbangan di beberapa bandara. Rey sangat tertarik dengan tawaran ini mengingat kegiatannya yang sering menggunakan pesawat dan tawaran ini tentu sangat menggiurkan. 

Setelah menggunakan kartu kredit ini benar saja saat Rey yang akan bepergian dinas ke kota Surabaya, di bandara Jakarta mencoba memesan kopi di StarB*cks menggunakan kartu kreditnya, dan ternyata Rey mendapatkan free kopi, bahkan sekali trip ia bisa mendapatkan 3 free kopi. Tidak ingin rugi Rey tetap klaim 3 kopi tersebut, meskipun ia bingung mau dikemanakan. Namun saat sedang berada di ruang tunggu bandara sambil membaca berita harian ditemani segelas kopi StarB*cks gratis, Rey melihat cleaning service bandara yang sedang membersihkan sampah-sampah di ruang tunggu, Rey melihat dua kopi StarB*cksnya yang masih tersisa, ia memberikan kopi tersebut kepada cleaning service tersebut, melihat raut senang cleaning service tersebut, Rey menjadi terbuka hatinya, seperti hari-harinya menjadi lebih cerah, ia baru tau nikmatnya melihat kebahagiaan orang lain atas tindakan kecilnya. Sejak saat itu setiap kali melakukan trip luar kota Rey selalu membeli StarB*cks menggunakan kartu kreditnya, dan setiap mendapatkan kopi lebih Rey akan membagikan kepada pekerja di bandara. Dari kebaikan kecilnya ini setiap kali Rey ke bandara Jakarta, Rey sering disapa oleh cleaning-cleaning service yang pernah Rey berikan kopi gratis, senang rasanya hal kecil ini ternyata banyak diingat oleh mereka. Kegiatan kecil Rey ini ternyata sering diperhatikan oleh teman atau rekan kerjanya saat trip bersama, dan mereka salut dengan kegiatan Rey yang membagikan kopi gratis kepada cleaning service disana. Rey membocorkan rahasianya menggunakan kartu kredit yang mendapatkan kopi di StarB*cks secara gratis dan malah dapat membagikan kepada orang-orang sekitar, rekan kerjanya tergiur dengan kopi gratis StarB*cks, secara kopi disana cukup pricey. Sejak saat itu rekan-rekan kerja Rey mulai mengikuti kebiasaan Rey yang suka membagikan kopi sisa gratis tadi kepada orang-orang sekitarnya. Ternyata kegiatan kecil ini banyak manfaatnya untuk orang-orang sekitar. 

Selain membagi kopi gratis kepada cleaning service, Rey juga rajin memberikan dana untuk membantu anak-anak Indonesia agar mendapatkan pendidikan secara merata, Rey menggunakan jasa PureHeart yang membantunya menjangkau anak-anak Indonesia secara mudah, dengan pengumpulan dana secara modern menggunakan teknologi blockchain, Rey secara mudah mentrack bagaimana uang sumbangannya sudah realisasikan. Untuk informasi lebih lanjut klik www.pureheart.ledgernow.com 

Berbicara sistem trendy teknologi blockchain, Rey yang suka sibuk dengan kegiatan tripnya yang memakan banyak waktu tentu tidak sempat mengatur keuangan pribadinya secara rutin, namun jika keuangan yang tidak dikontrol secara stabil, maka akan berpengaruh kedepannya. Dengan begitu Rey  menggunakan jasa teknologi blockchain YONK.io yang memberikan kemudahan dalam mengatur sistem keuangannya secara dinamis. Dengan transparansi data yang real time, Rey dapat dengan mudah mengecek data keuangannya. Untuk informasi lebih lanjut klik www.yonk.io 

Bahkan kini Rey juga ikut menggunakan sistem blockchain untuk memudahkan dalam mengunjungi rumah sakit, padatnya kegiatan pekerjaan Rey, sulit baginya untuk menghabiskan waktu menunggu proses administrasi yang ribet dan lama untuk sekali kunjungan check-up-ya. Dengan begitu Rey menemukan solusi mudah baginya untuk tidak membuang-buang waktunya dengan kegiatan yang sepele, Rey menggunakan sistem blockchain untuk kemudahan administrasi rumah sakit, sehingga setiap kali Rey berkunjung kerumah sakit, ia tidak perlu lagi mengantri panjang-panjang dengan mengisi data yang berulang-ulang kali sudah ia lakukan, dengan sistem blockchain yang sudah merecord segala catatan pribadi Rey. Rey menggunakan AELL sistem teknologi blockchain yang sudah ia percayai. Untuk informasi lebih lanjut klik www.aell.co 

Posted on

Langkah Kecil Untuk Manfaat Besar

Hidup rantau sejak perkuliahan membuat Rino harus belajar hidup mandiri, selain mandiri Rino juga rutin menjaga kebersihan kasur dan kamarnya, baginya menjaga kebersihan dan kerapihan sejak awal menjadi semangat baginya untuk memulai aktivitas. Sejak saat itu ia mulai terbiasa dengan menjaga kebersihan dan kerapihan di sekelilingnya, bahkan Rino selalu merapikan kursi ke tempat semula selesai memakainya. Kerapihan yang ia praktekkan tidak hanya di lingkungannya, namun di setiap tempat yang ia kunjungi, baginya dengan melakukan kegiatan seperti itu setiap saat akan menyebarkan virusnya kepada orang-orang disekeliling. Meskipun setiap tempat yang memiliki pelayan atau pekerja yang akan merapikan sisanya, ia tetap mau mengerjakan hal itu dengan kemampuannya sendiri. Tidak ada yang salah dengan merapikan hasil penggunaan diri sendiri, begitulah prinsipnya. 

Memasuki dunia kerja, RIno tetap konsisten dalam menjaga prinsipnya tersebut, bahkan bersama kolega-koleganya ia memberikan contoh-contoh tersebut, supaya koleganya juga ikut tersebar virus bersih-bersih. Hal tersebut Rino rasakan saat melihat lingkungan kota saat ini, sampah yang berserakan di jalan bahkan di sungai. Rino merasa pentingnya sadar akan lingkungan dengan memulai pada diri sendiri dan orang sekitar. 

Suatu ketika Rino harus menghadiri meeting dengan clientnya di suatu restoran di Jakarta. Menghabiskan waktu sambil berbicara mengenai pekerjaan dengan client, Rino dikageti dengan kejadian seorang anak kecil yang mengunjungi mejanya, pikirnya mulai aneh, restoran terkenal begini bisa dimasuki pengemis, saat akan mengeluarkan uang untuk diberikan, anak tersebut menodongkan kantong berisi tisu-tisu bekas sambil berkata “om, sampah tisu dan kertas permennya di taro kesini aja” katanya sambil tersenyum. Dengan wajah masih kebingungan Rino dan koleganya menyodorkan tisu ke dalam kantong tersebut. Heran dengan tindakannya Rino memanggil anak tersebut menanyakan mengapa ia mengumpulkan tisu-tisu tersebut, ternyata jawabannya membuat Rino terenyuh hatinya, ia menjawab “mama bilang makanan sisa  gaboleh dicampur sama sampah gini, nanti bebeknya marah”. Sambil tersenyum Rino mengucapkan terimakasih. Maksud dari anak itu adalah sampah makanan sisa akan lebih mudah dibuang menjadi pakan ternak, bangga rasanya memiliki anak sepintar anak tadi. 

Kejadian tersebut tidak Rino sia-siakan, ia langsung mengajarkan pengalaman tersebut kepada kolega-kolega kerja, keluarga, dan orang sekitar. Meskipun belajar dari anak yang masih dibawah umur Rino bangga dengan pengalamannya tersebut, ia kini paham untuk selalu memudahkan pekerja resto dengan membuang sampahnya sendiri. Sehingga sisa makanannya tidak terbuang sia-sia atau tercampur sampah lainnya. 

Kegiatan ini ingin Rino jadikan pembelajaran terhadap anak-anak Indonesia di luar sana untuk peduli dengan lingkungan sekitarnya, dengan begitu Rino aktif dalam memberikan bantuan dana melalui aplikasi PureHeart dalam memberikan pendidikan kepada anak-anak Indonesia, dengan sistem transparansi dan realtime Rino dapat selalu melihat perkembangan dana dan anak-anak tersebut. Untuk informasi lebih lengkap klik link berikut www.pureheart.ledgernow.com

Selain menggunakan Teknologi blockchain dalam mentrack dana bantuannya, Rino juga menggunakan blockchain untuk REEF, salah satu aplikasi yang memudahkan pengguna yang ingin menggunakan Solar Panel. Sadar akan penggunaan listrik yang berlebihan, biaya yang dikuras tentunya tidak sedikit, mencoba menghemat dengan menggunakan teknologi solar panel Rino menggunakan aplikasi blockchain, REEF yang memudahkan penggunaan Solar Panel  di rumah/perusahaan dengan sistem cicilan, dan kemudahan dalam mengontrol penggunaan listrik yang terpakai, untuk informasi lebih lanjut mengenai REEF atau Solar Panel klik link berikut www.reef.id 

Hidup sendiri bekerja di kota jauh dari orang tua, Rino mencoba menghemat dan menabung agar uangnya bisa digunakan untuk keluarganya kelak, karena keterbatasan waktu yang harus dihabiskan untuk mengurusi pekerjaan Rino suka lupa dengan pengeluaran keuangannya setiap harinya, bahkan ia sampai tidak sadar uangnya sudah hampir minus, dengan begitu Rino menggunakan aplikasi YONK, sistem blockchain yang memudahkan pengaturan keuangan dengan sistem transparansi dan realtime yang memudahkan pengguna mengatur kondisi keuangan dan keamanan uang mereka. Dengan kemudahan sistem YONK ini, Rino tidak lagi perlu menghabiskan waktu menghitung segala pengeluarannya dari hari ke hari yang hanya menghabiskan waktu. Untuk informasi lebih lanjut mengenai YONK klik link berikut www.yonk.io 

 

Posted on

Memanfaatkan Teknologi untuk Kebaikan

Bukannya malas, tapi biar gampang aja. Guman Anisa yang tiap hari selalu memesan taxi online dari depan rumahnya kedepan kantornya, dan sebaliknya. Sebenarnya bisa saja dia menggunakan angkutan umum atau membawa motornya sendiri. Namun menurutnya hal itu ribet untuknya yang tidak mau repot. Lagi pula, kantor Anisa lumayan sulit dijangkau dengan angkutan umum, dan jalur motor jadi memang lebih mudah menggunakan mobil langsung melintasi tol. Anisa memang anak kekinian sekali yang tidak mau repot dan ingin serba instan, serta sangat pandai memilih-milih promo menggunakan e-walletnya. 

Ada hal yang membuat Anisa nyaman menggunakan taxi online adalah selain dia bisa tidur kembali selama perjalanan tapi selalu saja ada cerita menarik dari supir taxi online itu. Tidak semuanya sih, terkadang Anisa mendapat supir yang lebih banyak diam dan dia gunakan kesempatan itu untuk melanjutkan tidurnya sebelum sampai ke kantor. Cerita-cerita supir taxi ini sangat beragam, tentang sebelum mereka beralih profesi, cerita tentang pengalamannya selama menarik penumpang, pokoknya beragam deh dari yang membuat tertawa hingga menangis juga pernah. Supir seakan-akan menjadi teman cerita Anisa selama perjalanan, itulah yang membuatnya merasa nyaman menggunakan layanan ini daripada harus membawa kendaraan sendiri yang tidak ada temannya. 

Suatu hari, saat dalam perjalanan dengan taxi online andalan Anisa, dia mendapatkan supir yang umurnya sudah cukup senja namun tetap ceria mengajak Anisa untuk ngobrol santai selama perjalanan, kita sebut saja namanya Pak Agus. Tiba-tiba Pak Agus bertanya, apakah Anisa membawa e-money karena kebetulan e-money Pak Agus habis dan belum sempat diisi ulang. Sayangnya, saat itu Anisa juga tidak membawa e-moneynya karena sudah jarang digunakan atau mungkin sudah hilang juga karena selalu mengandalkan e-money milik supir taxi online. Utungnya, Anisa dan Pak Agus belum masuk ke tol jadi masih bisa mencari minimarket untuk mengisi ulang e-moneynya terlebih dahulu. Karena masih pagi, sulit sekali bagi mereka menemukan minimarket yang masih buka, setelah 10 menitan untungnya mereka menemukan minimarket yang 24 jam tapi ramai sekali, mungkin dipenuhi oleh orang-orang yang ingin mengisi ulang e-moneynya untuk pergi bekerja. 

Akhirnya Pak Agus parkir dan mengantri untuk isi ulang e-moneynya dikasir dan menghabiskan waktu sekitar 5 menit. Tanpa mengeluh Pak Agus masuk kedalam mobil sambil tersenyum dan mengatakan “Beres Neng!” dan membuat Anisa menghela nafas lega sambil tertawa kecil. Pak Agus pun tancap gas dari parkiran tanpa lupa memberikan uang parkir kepada tukang parkir yang juga Nampak repot mengurus parkiran disana sebanyak Rp.5000. Untungnya, estimasi waktu untuk sampai ke kantor Anisa masih cukup senggang sehingga Anisa tidak terlalu panik akan datang terlambat. 

Setelah melewati keribetan pagi hari ini karena soal top up emoney, Pak Agus mengajak ngobrol Anisa untuk membawa suanasa kembali. “ Untung masih keburu ya Neng, maaf banget nih jadi keliling nyari top up” ucap Pak Agus. “ iya pak gapapa, namanya juga lupa aku juga suka lupa isi ulang dulu malah sekarang jadi lupa bawa mulu” canda Anisa. “ Iya neng suka lupa juga soalnya saldonya ada berapa kan gabisa dicek terus” “ oiya neng, kira-kira ada gaksih cara lain top up e-money selain ke minimarket?” Tanya Pak Agus. Anisa kaget karena dia juga bingung. “ aduh aku juga gatau Pak, taunya lewat minimarket aja kalau e-money ini. Emang kenapa pak?” Anisa merasa penasaran kenapa Pak Agus malah lebih kepo darinya soal top up kartu ini. “iya abisnya kalau lewat minimarket biayanya kan nambah lagi neng, ada biaya admin Rp.1500, terus parkirnya sekarang pada minta Rp.5000, terus belum lagi bensin buat muter-muter nyari tempatnya walau gaseberapa sih. Yaa minimal 6500 kan harus keluar buat top up aja pedahal biaya nariknya juga kadang gak seberapa neng. Oiya belum lagi malah jadi jajan di mini marketnya hahaha” jelas Pak Agus yang pada awalnya serius malah menjadi bercanda kembali. Dan sepanjang jalan Anisa dan Pak Agus berbincang seputar top up itu tapi sayangnya mereka sudah sampai di kantor Anisa dan akhirnya berpisah. Tak lupa untuk Anisa memberikan bintang 5 dan tip untuk Pak Agus.

Anisa menjalankan kegiatannya secara normal di kantor sampai jam pulang kantor tiba. Saat sedang beres-beres barangnya, teman kantor Anisa yaitu Rania menempelkan kartunya ke Hpnya. Karena penasaran, Anisa menghampirinya dan bertanya kepada Rania soal apa yang dia lakukan tadi. “Lagi top up e-money Nis” jawabnya santai.” Hah? Top up? Serius Ran” Anisa bingung dan menganggap Rania bercanda. “Serius Nis ini top up nih, masa gak tau sih?” jawab Rania yang ikut heran. “ lah iya? Gimana caranya? Hp aku bisa gak?” Anisa pun tertarik dan ingin mencobanya. Rania pun bersedia menunjukan caranya kepada Anisa dan langsung mencobanya melalui Hp Anisa.

“nih sekarangkan ada teknologi namanya NFC Nis, singkatan dari Near Field Communication salah satu fungsinya ya ini nih. Kita punya e-bankinkan, nah di menu e-banking ini ada pilihan untuk top up e-money yang harus sesuai sama bank kartu e-money yang kamu ya. Terus tinggal taro kartunya di hp kamu aja nanti langsung muncul nih saldo sama rincian lainnya. selanjutnya tinggal pilih top up sejumlah yang kamu mau Nis. Hp kamu udah bisa nih pake NFC” Jelas Rania. “wah ya! Simple banget! Gaada biaya admin ya?” Tanya Anisa yang masih kaget. “ gak ada dong free!” jawab Rania. 

Anisa sangat kaget ternyata teknologi sudah semakin canggih tapi Anisa malah tidak mengetahuinya. Ternyata semudah itu untuk top up menggunakan HPnya, pedahal tadi pagi saat Anisa dan Pak Agus membutuhkannya. Tidak ada biaya admin, tidak perlu keliling, tidak perlu bayar parkir dan tidak perlu tergoda buat jajan di minimarket. Berapa biaya yang dapat dipangkas dengan tekonologi ini ya?

Untuk 1 kali perjalanan dari hasil hitung-hitung sama Pak Agus tadi pagi adalah Rp.6500. karena Anisa pulang pergi menggunakan taxi online, kita kalikan saja dua. Jadi sekitar 13.000 yang harus dikeluarkan setiap harinya untuk top up aja. Sedangkan, melalui hp tidak perlu mengeluarkan biaya apa-apa.

Aduh! Andaikan Anisa tau ini dari dulu. Tadi pagi pasti bisa lebih santai dan tidak membuat Pak Agus kerepotan. Anisa pun yakin kejadian seperti tadi pagi tidak hanya sekali dua kali, Anisa pun sering mengalaminya tapi sayangnya Anisa tidak punya solusi juga, tapi tidak lagi untuk sekarang karena Rania sudah memberi tahu cara top up melalui Hp. 

Akhirnya, Anisa meniatkan diri untuk menyebarkan informasi ini dan selalu menawarkan top up e-money kepada supir taxi online agar mereka tidak perlu ribet dan mengeluarkan uang lagi hanya untuk top up e-moneynya. Karena belum semua hp terintegrasi oleh NFC, kebetulan Hp Anisa sudah bisa maka kenapa tidak membantu supir online untuk melakukan top up melalui hp Anisa? 

Mungkin uangnya tidak seberapa untuk Anisa tapi sangat berharga untuk para supir. Jadi, saat pulang dari kantor dengan taxi online andalannya. Anisa langsung menanyakan saldo e-money kepada pak supirnya. Pas sekali! Pak supir tidak terlalu ingat saldonya berapa dan hanya mengira-ngira kalau saldonya masih cukup, akhirnya Anisa minta ijin untuk mengecek saldo e-moneynya pak supir. Dan benar saja, saldonya pas-pasan sekali, jadi Anisa mewarkan Pak supir untuk top up melaluinya. Pak supir sangat antusias sekali dan langsung mengisi lumayan banyak karena dia memang sering melewati tol. Katanya selagi ada Anisa dia ingin top up banyak karena sering sekali e-moneynya habis dan dia kesulitan untuk mencari minimarket, pernah lagi dia kehabisan saat sedang di pintu tolnya sehingga harus mencari pinjaman ke mobil belakangnya dan membayar lebih. Ya ceritanya keluhannya sama dengan Pak Agus tadi, uang habis untuk bayar parkir top up. 

Anisa senang sekali akhirnya dapat menggunakan kemajuan teknologi yang dia genggam untuk meringankan beban orang lain walaupun sedikit. Tapi jika Anisa secara terus menerus melakukannya dalam 1 bulan saja, Anisa menghemat sebanyak Rp.13.000 x 20 hari kerja = Rp260.000 loh. bagaimana dengan 1 tahun? Dan bagaimana lagi jika ada 1000 Anisa yang menolong supir untuk top up, sudah berapa ribu yang kami hematkan? 

Ayo manfaatkan teknologi untuk membantu kepada sesama walaupun bagi kita kecil, belum tentu orang lain menganggapnya kecil juga malah bisa jadi sangat berarti. PureHeart ingin menciptakan sebanyak-banyaknya orang yang memiliki pandangan dan tindakan seperti Anisa, maka dari itu ayo kita sebarkan dan lakukan apa yang telah Anisa lakukan dengan teknologi dalam genggamannya. Temukan lagi aksi kebaikan dengan memanfaatkan kemajuan teknologi lainnya di PureHeart, dan bersama-sama kita ciptakan dunia yang lebih baik!

Posted on

Sebuah Asa Dari Ijul

Ijul seorang anak difabel yang tidak dapat menggerakkan kaki dan tangan kirinya, ia merupakan salah satu contoh anak difabel di Indonesia ini. Ijul memang mempunyai keterbatasan secara fisik, namun tidak pada otaknya. Mengapa demikian? karena dirinya menguasai lima bahasa asing antaranya Bahasa Prancis, Jerman, Mandarin, Jepang dan Inggris. Ijul memiliki otak yang cepat menyerap informasi-informasi baru, inilah yang menjadikan dirinya cepat berkembang ditengah keterbatasan fisiknya. Hal yang membuat dirinya terus bersemangat dalam belajar adalah dukungan dari kedua orang tuanya. Menurutnya dirinya tidak akan sampai ke detik ini jika tanpa di support oleh kedua orang tuanya.

Bukan hanya menguasai lima Bahasa saja, dirinya juga pernah menjuarai karya ilmiah yang diadakan oleh Kementerian Sosial Republik Indonesia. Awalnya dia merasa dirinya tidak berkompeten dalam mengikuti kegiatan ini, Ijul juga merasa tidak percaya diri karena menurutnya masih banyak orang lain yang tulisannya jauh lebih menarik dari miliknya, namun disinilah peran orang tua Ijul, mereka terus menyemangati dan membangkitkan rasa kepercayaan diri anaknya. Berkat semangat dari orang yang dia sayangi dirinya pun akhirnya memberanikan diri untuk mengikuti lomba karya ilmiah tersebut dan hal yang tak di duga-duga pun terjadi. Dia menjuarai karya ilmiah tersebut, awalnya dia merasa ada kesalahan dalam penilaian juri namun setelah dikonfirmasi oleh orang tuanya ternyata tidak ada kesalahan dalam penilaian. Menurut pihak juri, Ijul menang karena karya ilmiah yang ditulis menarik dan penelitian miliknya belum banyak dikembangkan sehingga para juri merasa tulisan milik Ijul layak untuk menjuarai kompetisi tersebut.

Orang tua Ijul merasa bangga akan prestasi yang Ijul dapatkan, mereka juga tidak mengira ternyata apa yang mereka lakukan merupakan langkah besar untuk merubah kehidupan Ijul. Karena memenangkan karya ilmiah tersebut Ijul mendapatkan penghargaan dan juga membawa uang tunai yang jumlahnya cukup besar. Ijul berpesan kepada orang tuanya bahwa setengah dari uang yang dia dapatkan dari menang perlombaan akan didonasikan kepada anak-anak difabel diluar sana yang kurang beruntung. Baginya berbagi untuk anak-anak sepertinya adalah hal yang harus dilakukan, Ijul berdonasi melalui aplikasi Pureheart. Menurut Ijul aplikasi ini aplikasi yang paling tepat untuk berdonasi, mengapa demikian? karena Ijul percaya Pureheart telah membangun anak Indonesia yang berkebutuhan khusus dan yang membutuhkan.

Posted on

Anak Nelayan yang Bercita-cita Menjadi Pemain Bola

Fitra seorang anak bertubuh mungil lari kesana kemari dengan lincahnya  sambil menggiring bola di kakinya. “gooooollllll” terdengar sorak suara meramaikan lapangan kecil beralaskan pasir putih yang kerap mengebulkan debu di setiap langkah.  Begitulah kemeriahan anak-anak pesisir kampung baru kab. Berau ini, setiap sore lahan kosong di pinggir pantai dijadikan lapangan bola ala ala mereka, dengan bermodalkan 2 tonggak kayu dan tali plastik yang menjadi pembatas gawangnya. Dan tidak kalah seru para ibu-ibu dan bapak-bapak yang sudah menyelesaikan kegiatannya kerap bersantai sembari menonton anak-anaknya bermain bola. Setiap gerak gerik anak-anak begitu lincah agar bisa membobol gawang lawan. Terlihat satu anak yang begitu menarik dengan tendangan-tendangannya yang selalu tepat sasaran. “gggooooolllll” lagi-lagi gol dicetak oleh Fitra. Fitra memang tidak pernah absen bermain bola setiap sore, setiap pulang sekolah dia selalu menyempatkan bermain membawa bolanya. Terlihat dia begitu menyukai bermain bola dan jago saat ia sudah bermain di lapangan. 

Sore itu langit semakin menguning dan perlahan matahari terlihat sudah semakin menipis menandakan malam segera tiba. Permainan bola kaki sudah usai, satu persatu anak-anak pulang ke rumahnya bersama orang tuanya yang mampir menonton dan ada yang pulang sendiri, Fitra lah salah satunya. Fitra tiba dirumah seperti biasa dengan badan penuh keringat dan menenteng bola berwarna orange kesayangannya hadiah dari pamannya saat pulang dari kota beberapa bulan lalu. Saat dirumah Fitra melihat ayahnya masih sibuk membersihkan kapalnya dan ibu sedang sibuk di dapur. Adik Fitra fokus menatap ke layar televisi. Suasana rumah begitu hening sama seperti biasanya. Ayah dan ibunya biasa memang akan lebih sibuk saat malam hari karena setiap ayah pulang melaut,  ibu baru memasak dari hasil yang dibawa ayah dan ayah biasanya sibuk membuat pukat atau alat pancing di malam hari untuk keperluan memancing besok hari. 

Saat jam makan malam tiba, seusai ibu memasak kami langsung berkumpul untuk makan bersama di depan TV. Saat seperti inilah kami baru bisa berkumpul bersama walaupun hanya dalam waktu singkat, setelah selesai makan pasti semua akan sibuk pada rutinitasnya masing-masing. Saat itu ayah bercerita tentang pukatnya yang hilang, ayah menduga ada orang yang sengaja mencurinya. “tapi untung masih bisa bawa buat pulang” kata ayah. “ayah aku mau jadi pemain bola yah” kata Fitra menimpali. “emang main bola bisa kasih makan?” kata ayah menjawab. “iya tapi aku suka bermain bola ayah, aku gak mau jadi melaut” Fitra pun berkata dengan lugas “kalo begitu kamu tidak bisa tinggal disini, kalo kamu masih tinggal di pesisir, kamu akan tetap harus jadi nelayan” jawab ayah lebih tegas. “yaudah aku akan pergi ke kota, aku mau ikut sekolah bola saja” kata Fitra tak mau kalah. “kamu kalo di kota mau tinggal dimana? lalu makan gimana? kamu kira kita punya banyak uang buat menanggung biaya itu” ayah menjawab. Fitra pun terdiam, tidak mampu membalas lagi. Dia merasa tertampar dengan keadaan bahwa ia tidak bisa menjadi pemain bola selamanya. 

Beberapa bulan kemudian, tampak sedikit beda. Fitra melihat ayahnya jarang sekali pulang ke rumah, sekarang ayah sudah 2 minggu tidak pulang dari melaut. Biasanya ayah selalu pulang setiap hari dan membawa ikan untuk dimasak oleh ibu. Setiap Fitra pulang dari bermain bola, ia tidak melihat ibu memasak lagi, bahkan makanan sudah terhidang di atas meja, dan ia bisa langsung makan tanpa perlu menahan lapar menunggu ibu selesai memasak. Seusai mandi, Fitra langsung mengambil piring, nasi dan  sepotong ikan. Fitra menghampiri ibunya yang sedang bersantai-santai menonton TV. “ibu” Sapa Fitra, “iya” jawab ibu. “bu, kok aku lihat ayah jarang pulang yah, ayah kemana bu?” Tanya Fitra. “ayah sekarang melautnya lama, kemarin teman ayah mengajak untuk gabung jadi pemakai aplikasi nelayan yang bakal di fasilitas kapal besar serta ikan-ikannya bisa langsung diambil di laut oleh kapal pengepul yang ada di pelabuhan. Jadi ayah gak perlu bolak balik ke daratan buat nyetor ikan” jawab ibu. “terus ibu dapat uang dari mana buat beli makan?” Tanya Fitra penasaran. “setelah ikan diambil sama kapal pengepul uangnya langsung masuk ke ATM dan ibu bisa langsung ambil buat belanja” jawab ibu. “oh gitu yah pantes ibu sekarang masaknya pagi” sambung Fitra. Begitulah aplikasi nelayan dari Ledgernow memberikan perubahan pada keluarga Fitra yang biasanya harus menahan lapar dulu sebelum makanan masak di malam hari karena ibu baru bisa belanja dan memasak setelah ayah pulang melaut. untuk tau lebih banyak mengenai Ledgernow silahkan kunjungi link berikut https://www.ledgernow.com/

Malam itu Fitra sedang membantu ayahnya membuat alat untuk memancing. Sudah 3 minggu Fitra tidak bertemu ayahnya yang bersifat dingin itu, dengan kondisi ayahnya yang jarang pulang membuat Fitra merasa rindu dengan ayahnya. Walaupun ayahnya begitu dingin, tapi Fitra bisa merasakan kasih sayang ayahnya dari setiap perjuangan ayahnya pergi melaut mencari uang untuk ia dan adiknya bisa makan. Merasa rindu dengan ayahnya membuat Fitra ingin membantu ayahnya yang seperti sedang sibuk membuat alat pancing. Sembari merangkai tali-tali, Fitra memulai pembicaraan “ayah ini buat apa?”, “ini buat nyimpan ikan” , “oh” jawab Fitra datar. “gimana kamu di sekolah?” Tanya ayah, “ya gitu aja yah?” jawab Fitra dengan rasa tidak percaya ayah menanyakan kegiatannya, “masih suka main bola?” Tanya ayah, “masih yah, tiap hari aku main bareng temen-temen disana tu” sambil menunjuk lapangan ala-ala yang dia buat bersama teman-temannya. “jadi mau sekolah bola?” Tanya ayah cuek. Fitra pun terkejut dan langsung menimpali “emang  bisa yah? Tanya Fitra tanpa semangat karena merasa itu hanyalah mimpi yang tidak mungkin tercapai. “kalo kamu bener-bener serius ayah akan carikan jalannya, kebetulan dari bos ayah mau kasih bantuan sekolah untuk anak-anak nelayan” kata ayah yang masih sibuk dengan pancingannya. Pureheart akan turut membantu memberikan beasiswa kepada anak-anak nelayan sesuai dengan minatnya, meskipun itu diluar bidang perikanan dan kelautan. Hal ini dilakukan sebagai komitmen untuk membantu anak-anak nelayan bisa mencapai cita-citanya dan berkembang. Untuk tau lebih lanjut soal pureheart silahkan kunjungi link berikut https://pureheart.ledgernow.com/

Posted on

Harapan Nelayan Untuk Mensejahterakan Hidupnya

Masyarakat pesisir dikenal sebagai salah satu penggerak ekonomi Indonesia dari sektor lautan. Dengan kekayaan sumber daya laut serta sumber daya perikanan hidup selaras dengan masyarakat yang tinggal disana. Kita sendiri pun tahu bahwa Indonesia adalah negara yang sebagian besar daerahnya merupakan area maritim dengan berbagai macam kekayaan yang terkandung di dalamnya. Namun, meskipun demikian masyarakat pesisir sekarang ini masih saja diterpa oleh masalah kemiskinan, sehingga membuat mereka harus bertahan hidup ditengah-tengah wilayah mereka yang memiliki hasil kekayaan sumber daya pesisir dan lautan yang melimpah ruah. Banyak sekali faktor yang membuat mereka harus hidup dalam garis kemiskinan, seperti contohnya masyarakat pesisir yang sebagian besar berprofesi sebagai nelayan yang sejatinya sekali melaut bisa menghasilkan banyak ikan maupun hasil laut lainnya namun hasil tangkapan mereka dibeli dengan harga yang rendah dan tidak sebanding dengan harga yang seharusnya dijual di pasaran. Mereka pun selalu berharap agar hidup mereka bisa sejahtera kedepannya.

Seperti halnya kisah berikut ini. Aku merupakan seorang mahasiswa jurusan perikanan salah satu universitas terkenal di Jakarta yang sedang melakukan praktek KKN di sebuah desa di pesisir pantai di wilayah Jawa Tengah. Aku pun disana bersama temanku Reza berencana meneliti tentang kesejahteraan nelayan di desa tersebut. Sesampainya di desa tersebut, aku sangat kaget karena tempatnya benar-benar kurang dari kata sejahtera. Kemudian kami berdua pun mulai melakukan riset dengan melakukan wawancara dengan nelayan setempat. “Pak, sudah berapa lama kira-kira bapak jadi nelayan?” Ujarku. “Yaa, kira-kira sudah hampir 10 tahun lah. Saya sebenarnya jadi nelayan karena tidak ada pilihan lain, kan potensi laut kita sangat besar harusnya jika diolah akan cukup untuk kebutuhan keluarga-keluarga disini.” Kata Pak Somad padaku. “Bagaimana kira-kira hasilnya pak?” Tambah Reza. “Yaa, gimana yaa, walaupun potensi laut kita sangat besar tapi gak sebanding dengan penghasilan kita nak. Tengkulak-tengkulak di pasar hanya menghargai ikan kita dengan harga yang murah, kita sih juga pengennya dihargain yang sesuai seperti pasaran. Padahal kalo kita jual langsung kita bisa sejahtera nak.” Pak Somad menambahkan. 

“Apa pemerintah pernah kasih bantuan pak?“ Kataku. “Hmmm pernah sih waktu itu dikasih modal kapal dari tengkulak dan sebenarnya itu bantuan dari pemerintah, lumayan lah waktu itu bisa dapat ikan banyak.” Kata Pak Somad. “Tapi ya gitu mereka main curang dengan ngasih kita kapal tapi harga ikan-ikan kita juga dimurahin, kita mah bisa apa kalau gak ada kapal kan kita gak bisa melaut.” Tambahnya. Pak Somad hanyalah nelayan kecil yang tidak lepas dari ketergantungannya kepada tengkulak. Untuk operasional kapal yang diberikan dari tengkulak pun biayanya cukup tinggi baik untuk perawatan kapal, bensin dan lain-lain. Penghasilan para nelayan ini pun hanya habis untuk biaya -biaya tersebut serta untuk kebutuhan sehari-hari. Cerita Pak Somad ini sangat mewakilkan perasaan para nelayan kecil yang merasa ditekan oleh keadaan. Hasil keuntungan dari tangkapan mereka yang melimpah lebih banyak dirasakan oleh tengkulak dan mereka ini pun hanya bisa sedikit merasakan keuntungan tersebut. Oleh sebab itu kita berdua pun berpikir untuk menemukan solusinya dan akhirnya Reza mempunyai ide untuk menerapkan sebuah teknologi Blockchain dalam sebuah aplikasi nelayan untuk membantu mereka mengefisiensikan serta memudahkan mereka dalam bekerja.

Hal ini pun seolah menjadi harapan bagi nelayan seperti Pak Somad. Dengan memungkinkan adanya integrasi data ke dalam satu sistem dan dapat mengefisienkan kinerja para nelayan ini, kedepannya ia dapat dengan mudah melihat titik-titik dimana lokasi yang terdapat banyak ikan. Ia juga dapat mengatur perencanaan dalam melaut seperti mendata awak kapal, persediaan logistik kapal dan bahkan bahan bakar yang akan dipergunakan. Lalu untuk mengurus perizinan kapal pun bisa dimudahkan dengan adanya teknologi ini. Hasil tangkapannya juga dapat langsung dijual kepada konsumen dengan harga yang sesuai tanpa harus melalui tengkulak. Melalui teknologi ini bisa menjawab harapan para nelayan seperti Pak Somad ini untuk hidup lebih sejahtera.

Dengan adanya aplikasi nelayan ini Pak Somad pun bisa lebih tenang dalam menghidupi istri serta anaknya yang baru memasuki bangku SMP. Anaknya yang sudah mulai beranjak menjadi remaja ini, sebenarnya hampir putus sekolah, namun tanpa kenal lelah Pak Somad mencari cara agar dapat menyekolahkan anaknya dengan layak karena ia tidak mau anaknya tersebut menjadi seperti dirinya yang tidak tamat sekolah dan akhirnya menjadi nelayan. Mayoritas anak-anak di desa ini memang tidak memiliki edukasi yang baik serta informasi akan pendidikan sehingga tidak melahirkan generasi penerus yang dapat berpikiran maju. Kami berdua pun juga mengajak Pak Somad untuk bekerjasama dengan Pureheart yang dimana memberikan program beasiswa full kepada para anak nelayan untuk dapat menempuh pendidikan formal secara layak seperti anak-anak lainnya yang berada di kota. Pak Somad pun gembira tentunya karena harapannya untuk dapat menyekolahkan anaknya sampai selesai bisa terwujud. Ia pun langsung mengarahkan anaknya untuk dapat melanjutkan pendidikan sekolah favorit yang ada di kabupaten dekat desa mereka agar anaknya bisa belajar dengan sungguh-sungguh dan bisa membawa ilmu yang baik demi mendongkrak kemajuan ekonomi keluarga. Pureheart turut andil dalam membantu program pendidikan untuk mempersiapkan generasi-generasi terbaik penerus bangsa dan juga untuk menghasilkan sumber daya manusia yang unggul. Jika anda ingin tahu lebih lanjut, silahkan cek website www.pureheart.ledgernow.com untuk informasi selengkapnya.

Posted on

Keadilan Sosial Bagi Para Nelayan

Sekitar bulan November dan Desember merupakan bulan-bulan yang mungkin ditunggu oleh orang-orang, selain memasuki penghujung tahun bulan-bulan ini juga merupakan musim liburan sehingga orang-orang banyak yang menantikannya. Begitu juga bagi para nelayan yang tinggal di pesisir pantai, ketika bulan-bulan ini tiba mereka tampak senang karena sudah memasuki musim untuk panen ikan. Sorak sorai para nelayan mulai terlihat dari ramainya kapal-kapal yang berkumpul di lautan. Pada bulan-bulan ini ikan-ikan akan sangat mudah untuk ditemui karena ikan-ikan tersebut akan mudah muncul ke permukaan. Berbagai macam aktivitas bisa kita temui disana mulai dari penyetoran ikan, menimbang kuantitas ikan-ikan tersebut, penyortiran ikan, transaksi pembayaran sampai ke pengiriman ikan-ikan tersebut ke pasar maupun ke konsumen langsung. Bisa dibilang musim seperti ini merupakan musim yang amat mensejahterakan para nelayan karena bisa menghasilkan ikan yang banyak dari lautan.

Warga desa pesisir pun juga bagai kebanjiran rezeki, beberapa pemuda-pemuda disana mendapatkan pekerjaan tambahan sebagai tukang timbang, tukang angkut sampai menjaga keamanan di pasar ikan yang ada disana. Sangat terlihat aktivitas di desa nelayan ini yang begitu hidup dan aktif pada saat itu. Terlihat raut senyuman di setiap wajah para warga dan dengan gembira mereka bisa mengais rezeki dan bisa membawa pulang uang di genggamannya. Jika kita menelusurinya lebih jauh, maka akan muncul beberapa pertanyaan. Sebenarnya para nelayan ini hanya menyetor ikan-ikannya kepada satu pengepul atau tengkulak yang dimana menguasai sistem perputaran penjualan ikan serta uang disana. Disaat kita bisa melihat aktivitas timbang menimbang antara nelayan dan pengepul tersebut, kita bisa melihat para nelayan berbaris menunggu antrian untuk mendapatkan uang dari hasil tangkapannya. Namun yang sebenarnya terjadi adalah harga yang diberikan oleh para pengepul ini ke para nelayan untuk ikan-ikannya sangatlah murah dan bahkan jauh dari harga pasaran yang seharusnya bisa dijual. Hal ini bisa terjadi karena pengepul atau tengkulak tersebut memberikan modal ke para nelayan untuk melaut sehingga sebagai timbal baliknya harga hasil tangkapan para nelayan ini bisa dibayar murah oleh mereka, sungguh tidak adil bukan?

Kondisi seperti ini terus dialami nelayan selama bertahun-tahun, uang yang diterima mereka hanya cukup untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari namun itu juga sangat pas-pasan. Seperti salah satu nelayan yang bernama Supri, ia sudah hampir 20 tahun bekerja sebagai nelayan dan hidupnya pun masih begitu-begitu saja. Ia setiap hari bekerja dengan giat namun hasilnya tidak sebanding dengan apa yang ia harapkan. “Dikasih harga berapa nih kira-kira?” Kata Supri. “Ini sih dapat 60 kilo, tapi paham kan saya cuma bisa kasih harga berapa per kilonya? Masih bagus saya kasih lebih ini.” Ucap sang tengkulak. Supri pun hanya bisa pasrah menerima keadaan ini, keadilan sosial bagi para nelayan yang diharapkannya sejak dulu hanya angan-angan belaka. Karena keterbatasan pengetahuan dan edukasi mereka tentang potensi pasar baik dari kualitas serta harga ikan, hal ini lah yang menjadi penyebab mereka bisa dimanfaatkan oleh para tengkulak ini.

Kondisi seperti inilah yang membuat aplikasi nelayan dari Ledgernow memiliki perhatian lebih terhadap kehidupan nelayan. Dengan menerapkan teknologi Blockchain dalam sebuah aplikasi nelayan tentunya dapat membantu untuk memudahkan mereka dalam bekerja. Seolah menjadi harapan bagi nelayan seperti Supri, kedepannya ia dapat dengan mudah melihat laporan laut serta kondisi cuaca disana, lalu juga titik-titik dimana lokasi yang terdapat banyak ikan. Ia juga dapat mengatur perencanaan dalam melaut seperti pendataan awak kapalnya, persediaan logistik kapal sampai bahan bakar yang akan dipergunakan. Lalu untuk mengurus perizinan kapal pun bisa dimudahkan dengan adanya teknologi ini. Tentunya hal ini berpengaruh ke hasil tangkapannya yang dimana ia bisa mendapatkan berbagai jenis-jenis ikan dengan kualitas yang terbaik dan ikannya pun bisa langsung ia jual ke konsumen dengan harga yang sesuai kualitas dan pasarannya. Dengan begini ia bisa bebas dari cengkraman tengkulak dan mendapatkan keadilan yang dapat mensejahterakan hidupnya serta para nelayan lain yang tinggal di pesisir.

Sebagian besar warga di desa pesisir ini memang hidup dengan memanfaatkan lautan sebagai penopang ekonomi keluarga. Anak-anak di desa tersebut pun dengan setia membantu ayah-ayah mereka untuk pergi melaut bahkan sampai mengorbankan pendidikannya. Seperti halnya Supri, ia pun juga awalnya membantu ayahnya dan kemudian pekerjaan ini diwariskan padanya sebagai penopang ekonomi keluarga. Mayoritas anak-anak di desa ini memang tidak memiliki edukasi yang baik serta informasi akan pendidikan sehingga hal ini lah yang membuat mereka mudah dipengaruhi orang serta dikendalikan, seperti contohnya para nelayan yang dikendalikan oleh tengkulak karena kurangnya edukasi tentang potensi pasar serta kualitas ikan. Maka dari itu Pureheart dengan program beasiswa full untuk pendidikan bisa membantu para anak-anak nelayan ini untuk mendapatkan pendidikan yang layak serta edukasi yang baik. Pureheart berkontribusi untuk menciptakan kualitas anak-anak di desa nelayan melalui aktivitas-aktivitas serta program yang mengedukasi bagi mereka. Melihat hal ini, Supri pun ingin anaknya dapat menyelesaikan pendidikannya sampai selesai agar tidak menjadi seperti dirinya. Dengan mendapatkan pendidikan yang layak untuk anak-anak di desa tersebut tentunya memberikan dampak positif bagi keluarga para nelayan ini, selain memiliki edukasi yang baik dan cukup anak-anak di desa nelayan ini juga bisa melakukan kegiatan yang positif dan produktif. Jika ingin tahu lebih lanjut bisa kunjungi website https://pureheart.ledgernow.com/ untuk info selengkapnya.

Posted on

Bye, Alat Makan Sekali Pakai!

Indonesia negara kepulauan terbesar di dunia, yang bukan rahasia lagi kalau Indonesia adalah salah satu pusat ekosistem laut di dunia. Laut Indonesia pun menjadi rumah dari berbagai biota laut yang indah dan beragam jenis ikan yang berlimpah dengan panorama lautan maupun pesisir yang indah. Begitu pula dengan hutan, pegunungan dan seluruh kekayaan alam Indonesia yang keindahannya merupakan aset yang sangat penting bagi negeri ini. Namun, semakin lama bukan keindahan dan kekayaan alam yang disoroti, melainkan sebaliknya. Kerusakan, pencemaran, hingga kepunahan dan kematian hewan serta tumbuhan. 

Kita tidak bisa terus menerus menutup mata dan telinga kita terhadap apa yang terjadi kepada lingkungan kita yang semakin hari memburuk akibat pencemaran lingkungan. Banyak binatang mati hanya karena sesuatu yang kita anggap wajar dan di remehkan, yaitu sampah plastik. Kita sudah mengetahui bahwa plastik adalah bahan yang sulit terurai, namun masih kita gunakan secara berlebih, sekali pakai, hingga dibuang sembarang tempat. Akibatnya, banyak biota laut yang mati secara sia-sia karena menelan sampah plastik yang terbawa ke lautan. Hingga negeri ini dijuluki salah satu penyumbang sampah plastik terbesar di dunia. Apakah kita tidak malu?

Saat ini, budaya mengurangi penggunaan plastik mulai gencar-gencarnya diterapkan di Indonesia dan juga seluruh dunia dalam bumi ini demi mengurangi dampak pencemaran sampah plastik yang makin menjadi. Banyak langkah yang dilakukan, mulai dari tidak menyediakan kantong plastik secara gratis dan akhirnya menggerakan masyarakat untuk selalu membawa tas sendiri untuk belanja. Begitu juga dengan tidak menyediakan sedotan plastik yang efeknya sama-sama berbahaya untuk lingkungan maupun hewan. Jadi langkah apa yang telah kalian mulai?  

Rania dan teman-temannya ingin melakukan sesuatu untuk kasus ini. Seperti yang sedang terjadi, pengurangan kantong plastik kami antisipasi dengan tottebag. Sedotan? Sebisa apapun kita tidak menggunakan sedotan, jika terpaksa kita dapat menggunakan reusable straw atau memastikan sedotan itu dibuang pada tempatnya. Kemudian Rania menemukan hal yang lain, jika kita makan di restoran atau sekedar membeli makanan yang dibungkus untuk dibawa pulang, tanpa ditanya pun kita akan diberi sendok, garpu atau sumpit. Sebagian besar dari restoran skala kecil ke skala besar jika kita membungkus makanan akan mendapat sendok dan garpu plastik. Bahkan, pernah kejadian juga, disaat sudah menolak untuk diberikan sendok garpu, malah penjualnya tetap memberikan kita itu.

Tidak hanya itu sama halnya dengan makanan kemasan. Seperti mie dalam cup, sereal, dan lain-lainnya yang serupa didalamnya menyediakan alat makan. Walaupun terlihat sangat simpel, dan memudahkan kita karena sudah sepaket dengan makanannya tapi setelah itu apa yang kita lakukan dengan sendok atau garpunya? Seringnya, kita buang bersama dengan bekas makanan. Benar tidak? 

Rania tersadar, bahwa kita tidak bisa setengah-setengah dalam menanggulangi masalah ini, tidak bisa hanya memperhatikan satu barang plastik diantara berbagai jenis barang plastik lain yang kita pakai sehari-hari secara sekali pakai.  

“ Kita ganti saja alat makan sekali pakai itu dengan alat makan milik kita sendiri yang dapat digunakan berkali-kali. “ Seru Rania kepada teman-teman kantornya yang suka membeli makanan bungkus untuk makan dikantor. “Nah, lebih efektif lagi, jika kita membawa tempat makan lengkap dengan alat makannya aja ya! Jadi, tidak perlu pakai plastik atau sterofoam lagi kalau kita bungkus makanannya” tambah Nia. 

Nah pas bangetkan! hingga saat ini masih banyak yang belum move on dari bungkus plastik maupun sterofoam. Lagi pula, sudah banyak pula di pasaran sebuah set makanan travel kit yang memiliki ukuran kecil dan mudah dibawa kemana saja. Lebih mudah lagi kita bawa saja sendok, garpu dan tempat bekal dari rumah. Eco friendly bangetkan? Hal kecil, yang sedikit-dikit jika semua orang dapat melakukannya akan menjadi sebuah dampak yang besarkan?

“Tapi, kalau kita membawa alat makan sendiri, lalu alat makan yang didapatkan dari makanan berkemasan bagaimana dong?” celetuk Mia yang masih bingung. 

“ Simpel, kita simpan saja pastinya” jawab Rania santai, karena masalahnya bukanlah soal ada dan tiada atau punya dan tidak punya sendok plastik. Tapi setidaknya kita dapat mengendalikan dulu penggunaan alat makan plastik sekali pakai. Kalau kita sering menggunakan itu dan tidak melakukan sebuah gerakan baru untuk mengganti pemakaian plastik, kapan persoalan sampah plastik ini selesai? 

Mulailah dari hal kecil seperti membawa alat makan sendiri yang tidak sekali pakai. Jika kita mendapatkannya dari makanan kemasan, bisa kita simpan terlebih dahulu. Jika sudah terkumpul banyak, bisa kita gunakan lagi jika ada acara yang perlu menggunakan alat makan dalam jumlah yang banyak dengan budget terbatas, hal ini juga dapat menjadi salah satu cara untuk menghemat pengeluaran dan selain itu, kita bisa mengatur bekas pakainya apakah masih layak pakai atau tidak, jika tidak kita bisa memisahkan sampahnya dengan benar. Sampah pun tidak selalu menjadi sampah, mungkin bekas sendok dan garpu plastik ini bisa dijadikan sebuah karya yang bernilai saat berada ditangan yang tepat. Nah, hal ini bisa menjadi salah satu peluang bisnis juga, kita kumpulkan bekas pemakaian alat makan itu, kita bersihkan dan kita jual kepada pengrajin-pengrajin dengan harga yang bersahabat tentunya. 

Gerakan ini pun dapat menjadi sebuah inisiasi atas alat makanan yang berhasil kita kumpulkan dalam makanan kemasan untuk disalurkan kepada teman-teman kita diluar sana yang kekurangan alat makan, sekaligus mengedukasinya bagaimana perawatan dan penggunaan alat makan yang baik dan benar sekaligus  sampah yang dihasilkannya. 

Banyak hal yang dapat dilakukan dengan alat makan yang terkumpul itu. Namun, tujuannya akhirnya adalah untuk mengurangi penggunaan alat makan sekali pakai, dengan alat makan kita sendiri yang dapat digunakan berkali-kali, sehingga akan tercipta sebuah budaya baru dalam masyarakat tentang seberapa pentingnya membawa alat makan sendiri. Sampah berkurang, lingkungan terselamatkan, hidup kita lebih sehat dan bersih. 

PureHeart mengajak kita semua untuk saling bahu membahu mewujudkan dunia yang harmonis dimulai dari menjaga lingkungan kita dari bahaya sampah yang tidak ditangani dengan baik. Selain itu juga mewujudkan rasa saling bergotong royong menjaga bumi dari sampah, demi kehidupan bersama yang sehat bersih dan harmonis, mulai dari membawa alat makan sendiri kemana pun, dimana pun. 

 

Posted on

Menjadi Seorang High Impact Womenpreneur

Rabu (20/11/2019), PureHeart menghadiri acara Scale Up 2019 dengan tema Turning Point, di Senayan City Jakarta. Acara yang menarik ini diselenggarakan oleh Endeavor, sebuah asosiasi kewirausahaan berjejaring global yang fokus terhadap High Impact Entrepreneur. Acara ini dihadiri oleh banyak pelaku bisnis startup yang akan membagikan kisah perjuangannya dengan harapan dikemudian waktu akan terlahirnya banyak startup baru di Indonesia yang membawa sebuah perubahan besar bagi negara. Salah satu tema yang sangat menarik perhatian dalam acara ini adalah High-Impact Womenpreneur. Seperti apa sih pembahasannya?


Tema High-Impact Womenpreneur,  menghadiri oleh Suzy Hutomo, seorang wanita inspiratif dan kuat dibalik suksesnya The Body Shop Indonesia. Kemudian Vivy Yusof pendiri dari FashionValet dan The Duck Group yang sudah rela datang jauh-jauh dari Malaysia untuk membagikan kisahnya di Indonesia. Selain menjadi pembisnis, mereka juga berperan sebagai seorang ibu rumah tangga. Bagaimana mereka dapat menjalankan dua peran itu dengan usahanya yang terus berkembang?


Kita mulai dari kisah Bu Suzy, sebagai pendiri dari The Body Shop Indonesia, sebuah produk kecantikan yang terkenal alami dan ramah lingkungan ini ternyata hasil dari implementasi  prinsip hidupnya sebagai aktivis lingkungan. Hal yang tidak mudah bukan? Tapi, dengan tekad dan percaya dirinya, Bu Suzy terus mengembangkan usahanya hingga saat ini. Perjuangannya pun tidak luput dengan scaling up, yang dilakukan oleh Bu Suzy dalam tahap ini adalah bagaimana Ia menjadi “Get Better and Be Good To Manage”, dengan mengembangkan sistem untuk menjadi jati diri perusahaannya, disamping semua tanggung jawabnya sebagai Ibu Rumah Tangga, Bu Suzy dapat menyeimbangkannya.

Rahasianya Bu Suzy adalah dengan percaya pada dirinya dan patnernya. Kepercayaan dirinya ini tidak menutup kemungkinan Bu Suzy akan meminta bantuan jika Ia merasa butuh bantuan sehingga semuanya dilakukan bersama. Siapa yang tidak tersindir saat mendengar hal ini dari seorang wanita yang hebat? Mungkin sebagian dari kita masih banyak yang tidak percaya diri, kemudian selalu malu bertanya pedahal sifat seperti itulah yang harus kita singkirkan jika ingin mengembangkan diri. Sebagai bahan bakar Bu Suzy untuk melampaui itu semua, tidak lupa juga Bu Suzy mengingatkan kita untuk Take a Good Care of Ourself, agar dapat menjalankan semua tugas dan kegiatan secara baik harus mulai diri kita sendiri yang harus baik pula. Love yourself first, kita semua harus selalu ingat itu.

Kemudian kisah Bu Vivy, semua perjuangannya sangat terasa berat pada awal beliau terus mengikuti laju kompetitor namun akhirnya beliau menyadari bahwa semuanya tidak harus selalu sama dan mengikuti kompetitor. Bu Vivy sadar akan pentingnya untuk membuat “culture” sendiri untuk perusahaannya. Baginya, walaupun menyeimbangkan semuanya itu sulit, namun apa lagi yang dapat kita lakukan selain hadapi itu semua dengan perasaan senang? Penting sekali kita menjalani kegiatan kita dengan perasaan senang agar performa kita tidak turun. Tidak hanya perasaan senang saja, tapi tidak lupa juga untuk selalu “Do Your Best”.

Jangan pernah berhenti belajar! Itu yang diserukan oleh Bu Vivy, belajar dan belajar untuk mengembangkan diri. PureHeart sendiri pun sangat peduli dan memperhatikan betul soal pendidikan, dengan statement dari Bu Vivy kami pun sangat setuju bahwa kita harus tetap belajar berapapun umur dan dimanapun kita. 

Dari kedua wanita hebat ini, Apa Sih Pesan Untuk Generasi Selanjutnya?


Pesan dari mereka berdua untuk generasi selanjutnya, jangan takut dan lakukan. Apapun itu jangan takut walaupun kita salah, kita masih bisa belajar mencobanya dan memulainya lagi, Get Yourselft Up Again. Lihatlah diri kita sendiri sebagai apa yang ada diri kita, bukan karena status perempuan atau laki-laki, melainkan karena kita layak dan pantas berada disana dengan kemampuan kita sendiri. Hal ini harus selalu diingat oleh seluruh perempuan dan laki-laki di dunia ini, agar tidak ada lagi diskriminasi hanya karena gender, kita harus buktikan kalau kita layak dan patut di segani karena kita memiliki keahlian dalam bidang itu. Kita harus sadar bahwa kita bisa, dan hal itu dapat kita capai jika kita ingin berusaha. Apa yang biasanya membuat kita takut untuk mencoba? Coba renungkan dan lihat mereka berdua yang berhasil melampaui itu semua, jangan mau kalah sebelum berperang. 


Bagi Bu Suzy, dalam melampaui semua tantangan berbisnis maupun menyeimbangkan semua kegiatannya kita perlu memilih pasangan yang tepat. Dengan pasangan yang tepat kita dapat saling memahami dan melakukan banyak hal positif tentunya dapat dilalui bersama secara professional. Dan bagi Bu Vivy, karena passionnya adalah bekerja maka lakukanlah dengan sungguh-sungguh dan apapun dapat dicapai dan terjadi agar kita tidak perlu bergantung pada orang lain, dan harus mampu mem-back up hidup kita sendiri. Katanya, kenapa kita lebih mementingkan membackup foto kita daripada hidup kita? Pertanyaan ini cukup mengingatkan kita untuk segera mempersiapkan kehidupan kita sebaik mungkin.

PureHeart merasa sangat beruntung dapat mengahadiri acara ini karena banyak sekali kisah-kisah hanya dari Bu Suzy dan Bu Vivy saja kami sudah merasa sangat tersentuh, bagaimana tidak? Hal itu nyata telah mereka lalui, mungkin masih banyak perjuangan suka dan duka mereka yang belum tersampaikan. Tapi hanya dari sini saja sudah jelas jawabannya, bahwa menyerah bukanlah pilihan, melainkan berjuang dan belajar adalah solusi semuanya. Menurut kami, banyak diluar sana yang harus mendengarkan cerita perjuangan mereka, agar merasakan semangat yang kami rasakan setelah menyimak kisah perjangan mereka berdua yang kami harap kisah ini dapat didengar oleh seluruh masyarakat di Indonesia maupun dunia.