Posted on

Memanfaatkan Teknologi untuk Kebaikan

Bukannya malas, tapi biar gampang aja. Guman Anisa yang tiap hari selalu memesan taxi online dari depan rumahnya kedepan kantornya, dan sebaliknya. Sebenarnya bisa saja dia menggunakan angkutan umum atau membawa motornya sendiri. Namun menurutnya hal itu ribet untuknya yang tidak mau repot. Lagi pula, kantor Anisa lumayan sulit dijangkau dengan angkutan umum, dan jalur motor jadi memang lebih mudah menggunakan mobil langsung melintasi tol. Anisa memang anak kekinian sekali yang tidak mau repot dan ingin serba instan, serta sangat pandai memilih-milih promo menggunakan e-walletnya. 

Ada hal yang membuat Anisa nyaman menggunakan taxi online adalah selain dia bisa tidur kembali selama perjalanan tapi selalu saja ada cerita menarik dari supir taxi online itu. Tidak semuanya sih, terkadang Anisa mendapat supir yang lebih banyak diam dan dia gunakan kesempatan itu untuk melanjutkan tidurnya sebelum sampai ke kantor. Cerita-cerita supir taxi ini sangat beragam, tentang sebelum mereka beralih profesi, cerita tentang pengalamannya selama menarik penumpang, pokoknya beragam deh dari yang membuat tertawa hingga menangis juga pernah. Supir seakan-akan menjadi teman cerita Anisa selama perjalanan, itulah yang membuatnya merasa nyaman menggunakan layanan ini daripada harus membawa kendaraan sendiri yang tidak ada temannya. 

Suatu hari, saat dalam perjalanan dengan taxi online andalan Anisa, dia mendapatkan supir yang umurnya sudah cukup senja namun tetap ceria mengajak Anisa untuk ngobrol santai selama perjalanan, kita sebut saja namanya Pak Agus. Tiba-tiba Pak Agus bertanya, apakah Anisa membawa e-money karena kebetulan e-money Pak Agus habis dan belum sempat diisi ulang. Sayangnya, saat itu Anisa juga tidak membawa e-moneynya karena sudah jarang digunakan atau mungkin sudah hilang juga karena selalu mengandalkan e-money milik supir taxi online. Utungnya, Anisa dan Pak Agus belum masuk ke tol jadi masih bisa mencari minimarket untuk mengisi ulang e-moneynya terlebih dahulu. Karena masih pagi, sulit sekali bagi mereka menemukan minimarket yang masih buka, setelah 10 menitan untungnya mereka menemukan minimarket yang 24 jam tapi ramai sekali, mungkin dipenuhi oleh orang-orang yang ingin mengisi ulang e-moneynya untuk pergi bekerja. 

Akhirnya Pak Agus parkir dan mengantri untuk isi ulang e-moneynya dikasir dan menghabiskan waktu sekitar 5 menit. Tanpa mengeluh Pak Agus masuk kedalam mobil sambil tersenyum dan mengatakan “Beres Neng!” dan membuat Anisa menghela nafas lega sambil tertawa kecil. Pak Agus pun tancap gas dari parkiran tanpa lupa memberikan uang parkir kepada tukang parkir yang juga Nampak repot mengurus parkiran disana sebanyak Rp.5000. Untungnya, estimasi waktu untuk sampai ke kantor Anisa masih cukup senggang sehingga Anisa tidak terlalu panik akan datang terlambat. 

Setelah melewati keribetan pagi hari ini karena soal top up emoney, Pak Agus mengajak ngobrol Anisa untuk membawa suanasa kembali. “ Untung masih keburu ya Neng, maaf banget nih jadi keliling nyari top up” ucap Pak Agus. “ iya pak gapapa, namanya juga lupa aku juga suka lupa isi ulang dulu malah sekarang jadi lupa bawa mulu” canda Anisa. “ Iya neng suka lupa juga soalnya saldonya ada berapa kan gabisa dicek terus” “ oiya neng, kira-kira ada gaksih cara lain top up e-money selain ke minimarket?” Tanya Pak Agus. Anisa kaget karena dia juga bingung. “ aduh aku juga gatau Pak, taunya lewat minimarket aja kalau e-money ini. Emang kenapa pak?” Anisa merasa penasaran kenapa Pak Agus malah lebih kepo darinya soal top up kartu ini. “iya abisnya kalau lewat minimarket biayanya kan nambah lagi neng, ada biaya admin Rp.1500, terus parkirnya sekarang pada minta Rp.5000, terus belum lagi bensin buat muter-muter nyari tempatnya walau gaseberapa sih. Yaa minimal 6500 kan harus keluar buat top up aja pedahal biaya nariknya juga kadang gak seberapa neng. Oiya belum lagi malah jadi jajan di mini marketnya hahaha” jelas Pak Agus yang pada awalnya serius malah menjadi bercanda kembali. Dan sepanjang jalan Anisa dan Pak Agus berbincang seputar top up itu tapi sayangnya mereka sudah sampai di kantor Anisa dan akhirnya berpisah. Tak lupa untuk Anisa memberikan bintang 5 dan tip untuk Pak Agus.

Anisa menjalankan kegiatannya secara normal di kantor sampai jam pulang kantor tiba. Saat sedang beres-beres barangnya, teman kantor Anisa yaitu Rania menempelkan kartunya ke Hpnya. Karena penasaran, Anisa menghampirinya dan bertanya kepada Rania soal apa yang dia lakukan tadi. “Lagi top up e-money Nis” jawabnya santai.” Hah? Top up? Serius Ran” Anisa bingung dan menganggap Rania bercanda. “Serius Nis ini top up nih, masa gak tau sih?” jawab Rania yang ikut heran. “ lah iya? Gimana caranya? Hp aku bisa gak?” Anisa pun tertarik dan ingin mencobanya. Rania pun bersedia menunjukan caranya kepada Anisa dan langsung mencobanya melalui Hp Anisa.

“nih sekarangkan ada teknologi namanya NFC Nis, singkatan dari Near Field Communication salah satu fungsinya ya ini nih. Kita punya e-bankinkan, nah di menu e-banking ini ada pilihan untuk top up e-money yang harus sesuai sama bank kartu e-money yang kamu ya. Terus tinggal taro kartunya di hp kamu aja nanti langsung muncul nih saldo sama rincian lainnya. selanjutnya tinggal pilih top up sejumlah yang kamu mau Nis. Hp kamu udah bisa nih pake NFC” Jelas Rania. “wah ya! Simple banget! Gaada biaya admin ya?” Tanya Anisa yang masih kaget. “ gak ada dong free!” jawab Rania. 

Anisa sangat kaget ternyata teknologi sudah semakin canggih tapi Anisa malah tidak mengetahuinya. Ternyata semudah itu untuk top up menggunakan HPnya, pedahal tadi pagi saat Anisa dan Pak Agus membutuhkannya. Tidak ada biaya admin, tidak perlu keliling, tidak perlu bayar parkir dan tidak perlu tergoda buat jajan di minimarket. Berapa biaya yang dapat dipangkas dengan tekonologi ini ya?

Untuk 1 kali perjalanan dari hasil hitung-hitung sama Pak Agus tadi pagi adalah Rp.6500. karena Anisa pulang pergi menggunakan taxi online, kita kalikan saja dua. Jadi sekitar 13.000 yang harus dikeluarkan setiap harinya untuk top up aja. Sedangkan, melalui hp tidak perlu mengeluarkan biaya apa-apa.

Aduh! Andaikan Anisa tau ini dari dulu. Tadi pagi pasti bisa lebih santai dan tidak membuat Pak Agus kerepotan. Anisa pun yakin kejadian seperti tadi pagi tidak hanya sekali dua kali, Anisa pun sering mengalaminya tapi sayangnya Anisa tidak punya solusi juga, tapi tidak lagi untuk sekarang karena Rania sudah memberi tahu cara top up melalui Hp. 

Akhirnya, Anisa meniatkan diri untuk menyebarkan informasi ini dan selalu menawarkan top up e-money kepada supir taxi online agar mereka tidak perlu ribet dan mengeluarkan uang lagi hanya untuk top up e-moneynya. Karena belum semua hp terintegrasi oleh NFC, kebetulan Hp Anisa sudah bisa maka kenapa tidak membantu supir online untuk melakukan top up melalui hp Anisa? 

Mungkin uangnya tidak seberapa untuk Anisa tapi sangat berharga untuk para supir. Jadi, saat pulang dari kantor dengan taxi online andalannya. Anisa langsung menanyakan saldo e-money kepada pak supirnya. Pas sekali! Pak supir tidak terlalu ingat saldonya berapa dan hanya mengira-ngira kalau saldonya masih cukup, akhirnya Anisa minta ijin untuk mengecek saldo e-moneynya pak supir. Dan benar saja, saldonya pas-pasan sekali, jadi Anisa mewarkan Pak supir untuk top up melaluinya. Pak supir sangat antusias sekali dan langsung mengisi lumayan banyak karena dia memang sering melewati tol. Katanya selagi ada Anisa dia ingin top up banyak karena sering sekali e-moneynya habis dan dia kesulitan untuk mencari minimarket, pernah lagi dia kehabisan saat sedang di pintu tolnya sehingga harus mencari pinjaman ke mobil belakangnya dan membayar lebih. Ya ceritanya keluhannya sama dengan Pak Agus tadi, uang habis untuk bayar parkir top up. 

Anisa senang sekali akhirnya dapat menggunakan kemajuan teknologi yang dia genggam untuk meringankan beban orang lain walaupun sedikit. Tapi jika Anisa secara terus menerus melakukannya dalam 1 bulan saja, Anisa menghemat sebanyak Rp.13.000 x 20 hari kerja = Rp260.000 loh. bagaimana dengan 1 tahun? Dan bagaimana lagi jika ada 1000 Anisa yang menolong supir untuk top up, sudah berapa ribu yang kami hematkan? 

Ayo manfaatkan teknologi untuk membantu kepada sesama walaupun bagi kita kecil, belum tentu orang lain menganggapnya kecil juga malah bisa jadi sangat berarti. PureHeart ingin menciptakan sebanyak-banyaknya orang yang memiliki pandangan dan tindakan seperti Anisa, maka dari itu ayo kita sebarkan dan lakukan apa yang telah Anisa lakukan dengan teknologi dalam genggamannya. Temukan lagi aksi kebaikan dengan memanfaatkan kemajuan teknologi lainnya di PureHeart, dan bersama-sama kita ciptakan dunia yang lebih baik!

Posted on

Sebuah Asa Dari Ijul

Ijul seorang anak difabel yang tidak dapat menggerakkan kaki dan tangan kirinya, ia merupakan salah satu contoh anak difabel di Indonesia ini. Ijul memang mempunyai keterbatasan secara fisik, namun tidak pada otaknya. Mengapa demikian? karena dirinya menguasai lima bahasa asing antaranya Bahasa Prancis, Jerman, Mandarin, Jepang dan Inggris. Ijul memiliki otak yang cepat menyerap informasi-informasi baru, inilah yang menjadikan dirinya cepat berkembang ditengah keterbatasan fisiknya. Hal yang membuat dirinya terus bersemangat dalam belajar adalah dukungan dari kedua orang tuanya. Menurutnya dirinya tidak akan sampai ke detik ini jika tanpa di support oleh kedua orang tuanya.

Bukan hanya menguasai lima Bahasa saja, dirinya juga pernah menjuarai karya ilmiah yang diadakan oleh Kementerian Sosial Republik Indonesia. Awalnya dia merasa dirinya tidak berkompeten dalam mengikuti kegiatan ini, Ijul juga merasa tidak percaya diri karena menurutnya masih banyak orang lain yang tulisannya jauh lebih menarik dari miliknya, namun disinilah peran orang tua Ijul, mereka terus menyemangati dan membangkitkan rasa kepercayaan diri anaknya. Berkat semangat dari orang yang dia sayangi dirinya pun akhirnya memberanikan diri untuk mengikuti lomba karya ilmiah tersebut dan hal yang tak di duga-duga pun terjadi. Dia menjuarai karya ilmiah tersebut, awalnya dia merasa ada kesalahan dalam penilaian juri namun setelah dikonfirmasi oleh orang tuanya ternyata tidak ada kesalahan dalam penilaian. Menurut pihak juri, Ijul menang karena karya ilmiah yang ditulis menarik dan penelitian miliknya belum banyak dikembangkan sehingga para juri merasa tulisan milik Ijul layak untuk menjuarai kompetisi tersebut.

Orang tua Ijul merasa bangga akan prestasi yang Ijul dapatkan, mereka juga tidak mengira ternyata apa yang mereka lakukan merupakan langkah besar untuk merubah kehidupan Ijul. Karena memenangkan karya ilmiah tersebut Ijul mendapatkan penghargaan dan juga membawa uang tunai yang jumlahnya cukup besar. Ijul berpesan kepada orang tuanya bahwa setengah dari uang yang dia dapatkan dari menang perlombaan akan didonasikan kepada anak-anak difabel diluar sana yang kurang beruntung. Baginya berbagi untuk anak-anak sepertinya adalah hal yang harus dilakukan, Ijul berdonasi melalui aplikasi Pureheart. Menurut Ijul aplikasi ini aplikasi yang paling tepat untuk berdonasi, mengapa demikian? karena Ijul percaya Pureheart telah membangun anak Indonesia yang berkebutuhan khusus dan yang membutuhkan.

Posted on

Anak Nelayan yang Bercita-cita Menjadi Pemain Bola

Fitra seorang anak bertubuh mungil lari kesana kemari dengan lincahnya  sambil menggiring bola di kakinya. “gooooollllll” terdengar sorak suara meramaikan lapangan kecil beralaskan pasir putih yang kerap mengebulkan debu di setiap langkah.  Begitulah kemeriahan anak-anak pesisir kampung baru kab. Berau ini, setiap sore lahan kosong di pinggir pantai dijadikan lapangan bola ala ala mereka, dengan bermodalkan 2 tonggak kayu dan tali plastik yang menjadi pembatas gawangnya. Dan tidak kalah seru para ibu-ibu dan bapak-bapak yang sudah menyelesaikan kegiatannya kerap bersantai sembari menonton anak-anaknya bermain bola. Setiap gerak gerik anak-anak begitu lincah agar bisa membobol gawang lawan. Terlihat satu anak yang begitu menarik dengan tendangan-tendangannya yang selalu tepat sasaran. “gggooooolllll” lagi-lagi gol dicetak oleh Fitra. Fitra memang tidak pernah absen bermain bola setiap sore, setiap pulang sekolah dia selalu menyempatkan bermain membawa bolanya. Terlihat dia begitu menyukai bermain bola dan jago saat ia sudah bermain di lapangan. 

Sore itu langit semakin menguning dan perlahan matahari terlihat sudah semakin menipis menandakan malam segera tiba. Permainan bola kaki sudah usai, satu persatu anak-anak pulang ke rumahnya bersama orang tuanya yang mampir menonton dan ada yang pulang sendiri, Fitra lah salah satunya. Fitra tiba dirumah seperti biasa dengan badan penuh keringat dan menenteng bola berwarna orange kesayangannya hadiah dari pamannya saat pulang dari kota beberapa bulan lalu. Saat dirumah Fitra melihat ayahnya masih sibuk membersihkan kapalnya dan ibu sedang sibuk di dapur. Adik Fitra fokus menatap ke layar televisi. Suasana rumah begitu hening sama seperti biasanya. Ayah dan ibunya biasa memang akan lebih sibuk saat malam hari karena setiap ayah pulang melaut,  ibu baru memasak dari hasil yang dibawa ayah dan ayah biasanya sibuk membuat pukat atau alat pancing di malam hari untuk keperluan memancing besok hari. 

Saat jam makan malam tiba, seusai ibu memasak kami langsung berkumpul untuk makan bersama di depan TV. Saat seperti inilah kami baru bisa berkumpul bersama walaupun hanya dalam waktu singkat, setelah selesai makan pasti semua akan sibuk pada rutinitasnya masing-masing. Saat itu ayah bercerita tentang pukatnya yang hilang, ayah menduga ada orang yang sengaja mencurinya. “tapi untung masih bisa bawa buat pulang” kata ayah. “ayah aku mau jadi pemain bola yah” kata Fitra menimpali. “emang main bola bisa kasih makan?” kata ayah menjawab. “iya tapi aku suka bermain bola ayah, aku gak mau jadi melaut” Fitra pun berkata dengan lugas “kalo begitu kamu tidak bisa tinggal disini, kalo kamu masih tinggal di pesisir, kamu akan tetap harus jadi nelayan” jawab ayah lebih tegas. “yaudah aku akan pergi ke kota, aku mau ikut sekolah bola saja” kata Fitra tak mau kalah. “kamu kalo di kota mau tinggal dimana? lalu makan gimana? kamu kira kita punya banyak uang buat menanggung biaya itu” ayah menjawab. Fitra pun terdiam, tidak mampu membalas lagi. Dia merasa tertampar dengan keadaan bahwa ia tidak bisa menjadi pemain bola selamanya. 

Beberapa bulan kemudian, tampak sedikit beda. Fitra melihat ayahnya jarang sekali pulang ke rumah, sekarang ayah sudah 2 minggu tidak pulang dari melaut. Biasanya ayah selalu pulang setiap hari dan membawa ikan untuk dimasak oleh ibu. Setiap Fitra pulang dari bermain bola, ia tidak melihat ibu memasak lagi, bahkan makanan sudah terhidang di atas meja, dan ia bisa langsung makan tanpa perlu menahan lapar menunggu ibu selesai memasak. Seusai mandi, Fitra langsung mengambil piring, nasi dan  sepotong ikan. Fitra menghampiri ibunya yang sedang bersantai-santai menonton TV. “ibu” Sapa Fitra, “iya” jawab ibu. “bu, kok aku lihat ayah jarang pulang yah, ayah kemana bu?” Tanya Fitra. “ayah sekarang melautnya lama, kemarin teman ayah mengajak untuk gabung jadi pemakai aplikasi nelayan yang bakal di fasilitas kapal besar serta ikan-ikannya bisa langsung diambil di laut oleh kapal pengepul yang ada di pelabuhan. Jadi ayah gak perlu bolak balik ke daratan buat nyetor ikan” jawab ibu. “terus ibu dapat uang dari mana buat beli makan?” Tanya Fitra penasaran. “setelah ikan diambil sama kapal pengepul uangnya langsung masuk ke ATM dan ibu bisa langsung ambil buat belanja” jawab ibu. “oh gitu yah pantes ibu sekarang masaknya pagi” sambung Fitra. Begitulah aplikasi nelayan dari Ledgernow memberikan perubahan pada keluarga Fitra yang biasanya harus menahan lapar dulu sebelum makanan masak di malam hari karena ibu baru bisa belanja dan memasak setelah ayah pulang melaut. untuk tau lebih banyak mengenai Ledgernow silahkan kunjungi link berikut https://www.ledgernow.com/

Malam itu Fitra sedang membantu ayahnya membuat alat untuk memancing. Sudah 3 minggu Fitra tidak bertemu ayahnya yang bersifat dingin itu, dengan kondisi ayahnya yang jarang pulang membuat Fitra merasa rindu dengan ayahnya. Walaupun ayahnya begitu dingin, tapi Fitra bisa merasakan kasih sayang ayahnya dari setiap perjuangan ayahnya pergi melaut mencari uang untuk ia dan adiknya bisa makan. Merasa rindu dengan ayahnya membuat Fitra ingin membantu ayahnya yang seperti sedang sibuk membuat alat pancing. Sembari merangkai tali-tali, Fitra memulai pembicaraan “ayah ini buat apa?”, “ini buat nyimpan ikan” , “oh” jawab Fitra datar. “gimana kamu di sekolah?” Tanya ayah, “ya gitu aja yah?” jawab Fitra dengan rasa tidak percaya ayah menanyakan kegiatannya, “masih suka main bola?” Tanya ayah, “masih yah, tiap hari aku main bareng temen-temen disana tu” sambil menunjuk lapangan ala-ala yang dia buat bersama teman-temannya. “jadi mau sekolah bola?” Tanya ayah cuek. Fitra pun terkejut dan langsung menimpali “emang  bisa yah? Tanya Fitra tanpa semangat karena merasa itu hanyalah mimpi yang tidak mungkin tercapai. “kalo kamu bener-bener serius ayah akan carikan jalannya, kebetulan dari bos ayah mau kasih bantuan sekolah untuk anak-anak nelayan” kata ayah yang masih sibuk dengan pancingannya. Pureheart akan turut membantu memberikan beasiswa kepada anak-anak nelayan sesuai dengan minatnya, meskipun itu diluar bidang perikanan dan kelautan. Hal ini dilakukan sebagai komitmen untuk membantu anak-anak nelayan bisa mencapai cita-citanya dan berkembang. Untuk tau lebih lanjut soal pureheart silahkan kunjungi link berikut https://pureheart.ledgernow.com/

Posted on

Harapan Nelayan Untuk Mensejahterakan Hidupnya

Masyarakat pesisir dikenal sebagai salah satu penggerak ekonomi Indonesia dari sektor lautan. Dengan kekayaan sumber daya laut serta sumber daya perikanan hidup selaras dengan masyarakat yang tinggal disana. Kita sendiri pun tahu bahwa Indonesia adalah negara yang sebagian besar daerahnya merupakan area maritim dengan berbagai macam kekayaan yang terkandung di dalamnya. Namun, meskipun demikian masyarakat pesisir sekarang ini masih saja diterpa oleh masalah kemiskinan, sehingga membuat mereka harus bertahan hidup ditengah-tengah wilayah mereka yang memiliki hasil kekayaan sumber daya pesisir dan lautan yang melimpah ruah. Banyak sekali faktor yang membuat mereka harus hidup dalam garis kemiskinan, seperti contohnya masyarakat pesisir yang sebagian besar berprofesi sebagai nelayan yang sejatinya sekali melaut bisa menghasilkan banyak ikan maupun hasil laut lainnya namun hasil tangkapan mereka dibeli dengan harga yang rendah dan tidak sebanding dengan harga yang seharusnya dijual di pasaran. Mereka pun selalu berharap agar hidup mereka bisa sejahtera kedepannya.

Seperti halnya kisah berikut ini. Aku merupakan seorang mahasiswa jurusan perikanan salah satu universitas terkenal di Jakarta yang sedang melakukan praktek KKN di sebuah desa di pesisir pantai di wilayah Jawa Tengah. Aku pun disana bersama temanku Reza berencana meneliti tentang kesejahteraan nelayan di desa tersebut. Sesampainya di desa tersebut, aku sangat kaget karena tempatnya benar-benar kurang dari kata sejahtera. Kemudian kami berdua pun mulai melakukan riset dengan melakukan wawancara dengan nelayan setempat. “Pak, sudah berapa lama kira-kira bapak jadi nelayan?” Ujarku. “Yaa, kira-kira sudah hampir 10 tahun lah. Saya sebenarnya jadi nelayan karena tidak ada pilihan lain, kan potensi laut kita sangat besar harusnya jika diolah akan cukup untuk kebutuhan keluarga-keluarga disini.” Kata Pak Somad padaku. “Bagaimana kira-kira hasilnya pak?” Tambah Reza. “Yaa, gimana yaa, walaupun potensi laut kita sangat besar tapi gak sebanding dengan penghasilan kita nak. Tengkulak-tengkulak di pasar hanya menghargai ikan kita dengan harga yang murah, kita sih juga pengennya dihargain yang sesuai seperti pasaran. Padahal kalo kita jual langsung kita bisa sejahtera nak.” Pak Somad menambahkan. 

“Apa pemerintah pernah kasih bantuan pak?“ Kataku. “Hmmm pernah sih waktu itu dikasih modal kapal dari tengkulak dan sebenarnya itu bantuan dari pemerintah, lumayan lah waktu itu bisa dapat ikan banyak.” Kata Pak Somad. “Tapi ya gitu mereka main curang dengan ngasih kita kapal tapi harga ikan-ikan kita juga dimurahin, kita mah bisa apa kalau gak ada kapal kan kita gak bisa melaut.” Tambahnya. Pak Somad hanyalah nelayan kecil yang tidak lepas dari ketergantungannya kepada tengkulak. Untuk operasional kapal yang diberikan dari tengkulak pun biayanya cukup tinggi baik untuk perawatan kapal, bensin dan lain-lain. Penghasilan para nelayan ini pun hanya habis untuk biaya -biaya tersebut serta untuk kebutuhan sehari-hari. Cerita Pak Somad ini sangat mewakilkan perasaan para nelayan kecil yang merasa ditekan oleh keadaan. Hasil keuntungan dari tangkapan mereka yang melimpah lebih banyak dirasakan oleh tengkulak dan mereka ini pun hanya bisa sedikit merasakan keuntungan tersebut. Oleh sebab itu kita berdua pun berpikir untuk menemukan solusinya dan akhirnya Reza mempunyai ide untuk menerapkan sebuah teknologi Blockchain dalam sebuah aplikasi nelayan untuk membantu mereka mengefisiensikan serta memudahkan mereka dalam bekerja.

Hal ini pun seolah menjadi harapan bagi nelayan seperti Pak Somad. Dengan memungkinkan adanya integrasi data ke dalam satu sistem dan dapat mengefisienkan kinerja para nelayan ini, kedepannya ia dapat dengan mudah melihat titik-titik dimana lokasi yang terdapat banyak ikan. Ia juga dapat mengatur perencanaan dalam melaut seperti mendata awak kapal, persediaan logistik kapal dan bahkan bahan bakar yang akan dipergunakan. Lalu untuk mengurus perizinan kapal pun bisa dimudahkan dengan adanya teknologi ini. Hasil tangkapannya juga dapat langsung dijual kepada konsumen dengan harga yang sesuai tanpa harus melalui tengkulak. Melalui teknologi ini bisa menjawab harapan para nelayan seperti Pak Somad ini untuk hidup lebih sejahtera.

Dengan adanya aplikasi nelayan ini Pak Somad pun bisa lebih tenang dalam menghidupi istri serta anaknya yang baru memasuki bangku SMP. Anaknya yang sudah mulai beranjak menjadi remaja ini, sebenarnya hampir putus sekolah, namun tanpa kenal lelah Pak Somad mencari cara agar dapat menyekolahkan anaknya dengan layak karena ia tidak mau anaknya tersebut menjadi seperti dirinya yang tidak tamat sekolah dan akhirnya menjadi nelayan. Mayoritas anak-anak di desa ini memang tidak memiliki edukasi yang baik serta informasi akan pendidikan sehingga tidak melahirkan generasi penerus yang dapat berpikiran maju. Kami berdua pun juga mengajak Pak Somad untuk bekerjasama dengan Pureheart yang dimana memberikan program beasiswa full kepada para anak nelayan untuk dapat menempuh pendidikan formal secara layak seperti anak-anak lainnya yang berada di kota. Pak Somad pun gembira tentunya karena harapannya untuk dapat menyekolahkan anaknya sampai selesai bisa terwujud. Ia pun langsung mengarahkan anaknya untuk dapat melanjutkan pendidikan sekolah favorit yang ada di kabupaten dekat desa mereka agar anaknya bisa belajar dengan sungguh-sungguh dan bisa membawa ilmu yang baik demi mendongkrak kemajuan ekonomi keluarga. Pureheart turut andil dalam membantu program pendidikan untuk mempersiapkan generasi-generasi terbaik penerus bangsa dan juga untuk menghasilkan sumber daya manusia yang unggul. Jika anda ingin tahu lebih lanjut, silahkan cek website www.pureheart.ledgernow.com untuk informasi selengkapnya.

Posted on

Keadilan Sosial Bagi Para Nelayan

Sekitar bulan November dan Desember merupakan bulan-bulan yang mungkin ditunggu oleh orang-orang, selain memasuki penghujung tahun bulan-bulan ini juga merupakan musim liburan sehingga orang-orang banyak yang menantikannya. Begitu juga bagi para nelayan yang tinggal di pesisir pantai, ketika bulan-bulan ini tiba mereka tampak senang karena sudah memasuki musim untuk panen ikan. Sorak sorai para nelayan mulai terlihat dari ramainya kapal-kapal yang berkumpul di lautan. Pada bulan-bulan ini ikan-ikan akan sangat mudah untuk ditemui karena ikan-ikan tersebut akan mudah muncul ke permukaan. Berbagai macam aktivitas bisa kita temui disana mulai dari penyetoran ikan, menimbang kuantitas ikan-ikan tersebut, penyortiran ikan, transaksi pembayaran sampai ke pengiriman ikan-ikan tersebut ke pasar maupun ke konsumen langsung. Bisa dibilang musim seperti ini merupakan musim yang amat mensejahterakan para nelayan karena bisa menghasilkan ikan yang banyak dari lautan.

Warga desa pesisir pun juga bagai kebanjiran rezeki, beberapa pemuda-pemuda disana mendapatkan pekerjaan tambahan sebagai tukang timbang, tukang angkut sampai menjaga keamanan di pasar ikan yang ada disana. Sangat terlihat aktivitas di desa nelayan ini yang begitu hidup dan aktif pada saat itu. Terlihat raut senyuman di setiap wajah para warga dan dengan gembira mereka bisa mengais rezeki dan bisa membawa pulang uang di genggamannya. Jika kita menelusurinya lebih jauh, maka akan muncul beberapa pertanyaan. Sebenarnya para nelayan ini hanya menyetor ikan-ikannya kepada satu pengepul atau tengkulak yang dimana menguasai sistem perputaran penjualan ikan serta uang disana. Disaat kita bisa melihat aktivitas timbang menimbang antara nelayan dan pengepul tersebut, kita bisa melihat para nelayan berbaris menunggu antrian untuk mendapatkan uang dari hasil tangkapannya. Namun yang sebenarnya terjadi adalah harga yang diberikan oleh para pengepul ini ke para nelayan untuk ikan-ikannya sangatlah murah dan bahkan jauh dari harga pasaran yang seharusnya bisa dijual. Hal ini bisa terjadi karena pengepul atau tengkulak tersebut memberikan modal ke para nelayan untuk melaut sehingga sebagai timbal baliknya harga hasil tangkapan para nelayan ini bisa dibayar murah oleh mereka, sungguh tidak adil bukan?

Kondisi seperti ini terus dialami nelayan selama bertahun-tahun, uang yang diterima mereka hanya cukup untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari namun itu juga sangat pas-pasan. Seperti salah satu nelayan yang bernama Supri, ia sudah hampir 20 tahun bekerja sebagai nelayan dan hidupnya pun masih begitu-begitu saja. Ia setiap hari bekerja dengan giat namun hasilnya tidak sebanding dengan apa yang ia harapkan. “Dikasih harga berapa nih kira-kira?” Kata Supri. “Ini sih dapat 60 kilo, tapi paham kan saya cuma bisa kasih harga berapa per kilonya? Masih bagus saya kasih lebih ini.” Ucap sang tengkulak. Supri pun hanya bisa pasrah menerima keadaan ini, keadilan sosial bagi para nelayan yang diharapkannya sejak dulu hanya angan-angan belaka. Karena keterbatasan pengetahuan dan edukasi mereka tentang potensi pasar baik dari kualitas serta harga ikan, hal ini lah yang menjadi penyebab mereka bisa dimanfaatkan oleh para tengkulak ini.

Kondisi seperti inilah yang membuat aplikasi nelayan dari Ledgernow memiliki perhatian lebih terhadap kehidupan nelayan. Dengan menerapkan teknologi Blockchain dalam sebuah aplikasi nelayan tentunya dapat membantu untuk memudahkan mereka dalam bekerja. Seolah menjadi harapan bagi nelayan seperti Supri, kedepannya ia dapat dengan mudah melihat laporan laut serta kondisi cuaca disana, lalu juga titik-titik dimana lokasi yang terdapat banyak ikan. Ia juga dapat mengatur perencanaan dalam melaut seperti pendataan awak kapalnya, persediaan logistik kapal sampai bahan bakar yang akan dipergunakan. Lalu untuk mengurus perizinan kapal pun bisa dimudahkan dengan adanya teknologi ini. Tentunya hal ini berpengaruh ke hasil tangkapannya yang dimana ia bisa mendapatkan berbagai jenis-jenis ikan dengan kualitas yang terbaik dan ikannya pun bisa langsung ia jual ke konsumen dengan harga yang sesuai kualitas dan pasarannya. Dengan begini ia bisa bebas dari cengkraman tengkulak dan mendapatkan keadilan yang dapat mensejahterakan hidupnya serta para nelayan lain yang tinggal di pesisir.

Sebagian besar warga di desa pesisir ini memang hidup dengan memanfaatkan lautan sebagai penopang ekonomi keluarga. Anak-anak di desa tersebut pun dengan setia membantu ayah-ayah mereka untuk pergi melaut bahkan sampai mengorbankan pendidikannya. Seperti halnya Supri, ia pun juga awalnya membantu ayahnya dan kemudian pekerjaan ini diwariskan padanya sebagai penopang ekonomi keluarga. Mayoritas anak-anak di desa ini memang tidak memiliki edukasi yang baik serta informasi akan pendidikan sehingga hal ini lah yang membuat mereka mudah dipengaruhi orang serta dikendalikan, seperti contohnya para nelayan yang dikendalikan oleh tengkulak karena kurangnya edukasi tentang potensi pasar serta kualitas ikan. Maka dari itu Pureheart dengan program beasiswa full untuk pendidikan bisa membantu para anak-anak nelayan ini untuk mendapatkan pendidikan yang layak serta edukasi yang baik. Pureheart berkontribusi untuk menciptakan kualitas anak-anak di desa nelayan melalui aktivitas-aktivitas serta program yang mengedukasi bagi mereka. Melihat hal ini, Supri pun ingin anaknya dapat menyelesaikan pendidikannya sampai selesai agar tidak menjadi seperti dirinya. Dengan mendapatkan pendidikan yang layak untuk anak-anak di desa tersebut tentunya memberikan dampak positif bagi keluarga para nelayan ini, selain memiliki edukasi yang baik dan cukup anak-anak di desa nelayan ini juga bisa melakukan kegiatan yang positif dan produktif. Jika ingin tahu lebih lanjut bisa kunjungi website https://pureheart.ledgernow.com/ untuk info selengkapnya.

Posted on

Bye, Alat Makan Sekali Pakai!

Indonesia negara kepulauan terbesar di dunia, yang bukan rahasia lagi kalau Indonesia adalah salah satu pusat ekosistem laut di dunia. Laut Indonesia pun menjadi rumah dari berbagai biota laut yang indah dan beragam jenis ikan yang berlimpah dengan panorama lautan maupun pesisir yang indah. Begitu pula dengan hutan, pegunungan dan seluruh kekayaan alam Indonesia yang keindahannya merupakan aset yang sangat penting bagi negeri ini. Namun, semakin lama bukan keindahan dan kekayaan alam yang disoroti, melainkan sebaliknya. Kerusakan, pencemaran, hingga kepunahan dan kematian hewan serta tumbuhan. 

Kita tidak bisa terus menerus menutup mata dan telinga kita terhadap apa yang terjadi kepada lingkungan kita yang semakin hari memburuk akibat pencemaran lingkungan. Banyak binatang mati hanya karena sesuatu yang kita anggap wajar dan di remehkan, yaitu sampah plastik. Kita sudah mengetahui bahwa plastik adalah bahan yang sulit terurai, namun masih kita gunakan secara berlebih, sekali pakai, hingga dibuang sembarang tempat. Akibatnya, banyak biota laut yang mati secara sia-sia karena menelan sampah plastik yang terbawa ke lautan. Hingga negeri ini dijuluki salah satu penyumbang sampah plastik terbesar di dunia. Apakah kita tidak malu?

Saat ini, budaya mengurangi penggunaan plastik mulai gencar-gencarnya diterapkan di Indonesia dan juga seluruh dunia dalam bumi ini demi mengurangi dampak pencemaran sampah plastik yang makin menjadi. Banyak langkah yang dilakukan, mulai dari tidak menyediakan kantong plastik secara gratis dan akhirnya menggerakan masyarakat untuk selalu membawa tas sendiri untuk belanja. Begitu juga dengan tidak menyediakan sedotan plastik yang efeknya sama-sama berbahaya untuk lingkungan maupun hewan. Jadi langkah apa yang telah kalian mulai?  

Rania dan teman-temannya ingin melakukan sesuatu untuk kasus ini. Seperti yang sedang terjadi, pengurangan kantong plastik kami antisipasi dengan tottebag. Sedotan? Sebisa apapun kita tidak menggunakan sedotan, jika terpaksa kita dapat menggunakan reusable straw atau memastikan sedotan itu dibuang pada tempatnya. Kemudian Rania menemukan hal yang lain, jika kita makan di restoran atau sekedar membeli makanan yang dibungkus untuk dibawa pulang, tanpa ditanya pun kita akan diberi sendok, garpu atau sumpit. Sebagian besar dari restoran skala kecil ke skala besar jika kita membungkus makanan akan mendapat sendok dan garpu plastik. Bahkan, pernah kejadian juga, disaat sudah menolak untuk diberikan sendok garpu, malah penjualnya tetap memberikan kita itu.

Tidak hanya itu sama halnya dengan makanan kemasan. Seperti mie dalam cup, sereal, dan lain-lainnya yang serupa didalamnya menyediakan alat makan. Walaupun terlihat sangat simpel, dan memudahkan kita karena sudah sepaket dengan makanannya tapi setelah itu apa yang kita lakukan dengan sendok atau garpunya? Seringnya, kita buang bersama dengan bekas makanan. Benar tidak? 

Rania tersadar, bahwa kita tidak bisa setengah-setengah dalam menanggulangi masalah ini, tidak bisa hanya memperhatikan satu barang plastik diantara berbagai jenis barang plastik lain yang kita pakai sehari-hari secara sekali pakai.  

“ Kita ganti saja alat makan sekali pakai itu dengan alat makan milik kita sendiri yang dapat digunakan berkali-kali. “ Seru Rania kepada teman-teman kantornya yang suka membeli makanan bungkus untuk makan dikantor. “Nah, lebih efektif lagi, jika kita membawa tempat makan lengkap dengan alat makannya aja ya! Jadi, tidak perlu pakai plastik atau sterofoam lagi kalau kita bungkus makanannya” tambah Nia. 

Nah pas bangetkan! hingga saat ini masih banyak yang belum move on dari bungkus plastik maupun sterofoam. Lagi pula, sudah banyak pula di pasaran sebuah set makanan travel kit yang memiliki ukuran kecil dan mudah dibawa kemana saja. Lebih mudah lagi kita bawa saja sendok, garpu dan tempat bekal dari rumah. Eco friendly bangetkan? Hal kecil, yang sedikit-dikit jika semua orang dapat melakukannya akan menjadi sebuah dampak yang besarkan?

“Tapi, kalau kita membawa alat makan sendiri, lalu alat makan yang didapatkan dari makanan berkemasan bagaimana dong?” celetuk Mia yang masih bingung. 

“ Simpel, kita simpan saja pastinya” jawab Rania santai, karena masalahnya bukanlah soal ada dan tiada atau punya dan tidak punya sendok plastik. Tapi setidaknya kita dapat mengendalikan dulu penggunaan alat makan plastik sekali pakai. Kalau kita sering menggunakan itu dan tidak melakukan sebuah gerakan baru untuk mengganti pemakaian plastik, kapan persoalan sampah plastik ini selesai? 

Mulailah dari hal kecil seperti membawa alat makan sendiri yang tidak sekali pakai. Jika kita mendapatkannya dari makanan kemasan, bisa kita simpan terlebih dahulu. Jika sudah terkumpul banyak, bisa kita gunakan lagi jika ada acara yang perlu menggunakan alat makan dalam jumlah yang banyak dengan budget terbatas, hal ini juga dapat menjadi salah satu cara untuk menghemat pengeluaran dan selain itu, kita bisa mengatur bekas pakainya apakah masih layak pakai atau tidak, jika tidak kita bisa memisahkan sampahnya dengan benar. Sampah pun tidak selalu menjadi sampah, mungkin bekas sendok dan garpu plastik ini bisa dijadikan sebuah karya yang bernilai saat berada ditangan yang tepat. Nah, hal ini bisa menjadi salah satu peluang bisnis juga, kita kumpulkan bekas pemakaian alat makan itu, kita bersihkan dan kita jual kepada pengrajin-pengrajin dengan harga yang bersahabat tentunya. 

Gerakan ini pun dapat menjadi sebuah inisiasi atas alat makanan yang berhasil kita kumpulkan dalam makanan kemasan untuk disalurkan kepada teman-teman kita diluar sana yang kekurangan alat makan, sekaligus mengedukasinya bagaimana perawatan dan penggunaan alat makan yang baik dan benar sekaligus  sampah yang dihasilkannya. 

Banyak hal yang dapat dilakukan dengan alat makan yang terkumpul itu. Namun, tujuannya akhirnya adalah untuk mengurangi penggunaan alat makan sekali pakai, dengan alat makan kita sendiri yang dapat digunakan berkali-kali, sehingga akan tercipta sebuah budaya baru dalam masyarakat tentang seberapa pentingnya membawa alat makan sendiri. Sampah berkurang, lingkungan terselamatkan, hidup kita lebih sehat dan bersih. 

PureHeart mengajak kita semua untuk saling bahu membahu mewujudkan dunia yang harmonis dimulai dari menjaga lingkungan kita dari bahaya sampah yang tidak ditangani dengan baik. Selain itu juga mewujudkan rasa saling bergotong royong menjaga bumi dari sampah, demi kehidupan bersama yang sehat bersih dan harmonis, mulai dari membawa alat makan sendiri kemana pun, dimana pun. 

 

Posted on

Menjadi Seorang High Impact Womenpreneur

Rabu (20/11/2019), PureHeart menghadiri acara Scale Up 2019 dengan tema Turning Point, di Senayan City Jakarta. Acara yang menarik ini diselenggarakan oleh Endeavor, sebuah asosiasi kewirausahaan berjejaring global yang fokus terhadap High Impact Entrepreneur. Acara ini dihadiri oleh banyak pelaku bisnis startup yang akan membagikan kisah perjuangannya dengan harapan dikemudian waktu akan terlahirnya banyak startup baru di Indonesia yang membawa sebuah perubahan besar bagi negara. Salah satu tema yang sangat menarik perhatian dalam acara ini adalah High-Impact Womenpreneur. Seperti apa sih pembahasannya?


Tema High-Impact Womenpreneur,  menghadiri oleh Suzy Hutomo, seorang wanita inspiratif dan kuat dibalik suksesnya The Body Shop Indonesia. Kemudian Vivy Yusof pendiri dari FashionValet dan The Duck Group yang sudah rela datang jauh-jauh dari Malaysia untuk membagikan kisahnya di Indonesia. Selain menjadi pembisnis, mereka juga berperan sebagai seorang ibu rumah tangga. Bagaimana mereka dapat menjalankan dua peran itu dengan usahanya yang terus berkembang?


Kita mulai dari kisah Bu Suzy, sebagai pendiri dari The Body Shop Indonesia, sebuah produk kecantikan yang terkenal alami dan ramah lingkungan ini ternyata hasil dari implementasi  prinsip hidupnya sebagai aktivis lingkungan. Hal yang tidak mudah bukan? Tapi, dengan tekad dan percaya dirinya, Bu Suzy terus mengembangkan usahanya hingga saat ini. Perjuangannya pun tidak luput dengan scaling up, yang dilakukan oleh Bu Suzy dalam tahap ini adalah bagaimana Ia menjadi “Get Better and Be Good To Manage”, dengan mengembangkan sistem untuk menjadi jati diri perusahaannya, disamping semua tanggung jawabnya sebagai Ibu Rumah Tangga, Bu Suzy dapat menyeimbangkannya.

Rahasianya Bu Suzy adalah dengan percaya pada dirinya dan patnernya. Kepercayaan dirinya ini tidak menutup kemungkinan Bu Suzy akan meminta bantuan jika Ia merasa butuh bantuan sehingga semuanya dilakukan bersama. Siapa yang tidak tersindir saat mendengar hal ini dari seorang wanita yang hebat? Mungkin sebagian dari kita masih banyak yang tidak percaya diri, kemudian selalu malu bertanya pedahal sifat seperti itulah yang harus kita singkirkan jika ingin mengembangkan diri. Sebagai bahan bakar Bu Suzy untuk melampaui itu semua, tidak lupa juga Bu Suzy mengingatkan kita untuk Take a Good Care of Ourself, agar dapat menjalankan semua tugas dan kegiatan secara baik harus mulai diri kita sendiri yang harus baik pula. Love yourself first, kita semua harus selalu ingat itu.

Kemudian kisah Bu Vivy, semua perjuangannya sangat terasa berat pada awal beliau terus mengikuti laju kompetitor namun akhirnya beliau menyadari bahwa semuanya tidak harus selalu sama dan mengikuti kompetitor. Bu Vivy sadar akan pentingnya untuk membuat “culture” sendiri untuk perusahaannya. Baginya, walaupun menyeimbangkan semuanya itu sulit, namun apa lagi yang dapat kita lakukan selain hadapi itu semua dengan perasaan senang? Penting sekali kita menjalani kegiatan kita dengan perasaan senang agar performa kita tidak turun. Tidak hanya perasaan senang saja, tapi tidak lupa juga untuk selalu “Do Your Best”.

Jangan pernah berhenti belajar! Itu yang diserukan oleh Bu Vivy, belajar dan belajar untuk mengembangkan diri. PureHeart sendiri pun sangat peduli dan memperhatikan betul soal pendidikan, dengan statement dari Bu Vivy kami pun sangat setuju bahwa kita harus tetap belajar berapapun umur dan dimanapun kita. 

Dari kedua wanita hebat ini, Apa Sih Pesan Untuk Generasi Selanjutnya?


Pesan dari mereka berdua untuk generasi selanjutnya, jangan takut dan lakukan. Apapun itu jangan takut walaupun kita salah, kita masih bisa belajar mencobanya dan memulainya lagi, Get Yourselft Up Again. Lihatlah diri kita sendiri sebagai apa yang ada diri kita, bukan karena status perempuan atau laki-laki, melainkan karena kita layak dan pantas berada disana dengan kemampuan kita sendiri. Hal ini harus selalu diingat oleh seluruh perempuan dan laki-laki di dunia ini, agar tidak ada lagi diskriminasi hanya karena gender, kita harus buktikan kalau kita layak dan patut di segani karena kita memiliki keahlian dalam bidang itu. Kita harus sadar bahwa kita bisa, dan hal itu dapat kita capai jika kita ingin berusaha. Apa yang biasanya membuat kita takut untuk mencoba? Coba renungkan dan lihat mereka berdua yang berhasil melampaui itu semua, jangan mau kalah sebelum berperang. 


Bagi Bu Suzy, dalam melampaui semua tantangan berbisnis maupun menyeimbangkan semua kegiatannya kita perlu memilih pasangan yang tepat. Dengan pasangan yang tepat kita dapat saling memahami dan melakukan banyak hal positif tentunya dapat dilalui bersama secara professional. Dan bagi Bu Vivy, karena passionnya adalah bekerja maka lakukanlah dengan sungguh-sungguh dan apapun dapat dicapai dan terjadi agar kita tidak perlu bergantung pada orang lain, dan harus mampu mem-back up hidup kita sendiri. Katanya, kenapa kita lebih mementingkan membackup foto kita daripada hidup kita? Pertanyaan ini cukup mengingatkan kita untuk segera mempersiapkan kehidupan kita sebaik mungkin.

PureHeart merasa sangat beruntung dapat mengahadiri acara ini karena banyak sekali kisah-kisah hanya dari Bu Suzy dan Bu Vivy saja kami sudah merasa sangat tersentuh, bagaimana tidak? Hal itu nyata telah mereka lalui, mungkin masih banyak perjuangan suka dan duka mereka yang belum tersampaikan. Tapi hanya dari sini saja sudah jelas jawabannya, bahwa menyerah bukanlah pilihan, melainkan berjuang dan belajar adalah solusi semuanya. Menurut kami, banyak diluar sana yang harus mendengarkan cerita perjuangan mereka, agar merasakan semangat yang kami rasakan setelah menyimak kisah perjangan mereka berdua yang kami harap kisah ini dapat didengar oleh seluruh masyarakat di Indonesia maupun dunia. 

 

Posted on

Kapan Waktu Terbaik Untuk ScaleUp?

Mungkin banyak dari kita yang masih bingung harus memulai darimana, apa yang harus diperbaiki dan dihilangkan, dan banyak lagi pertanyaan-pertanyaan yang malah membuat kita lebih banyak bertanya-tanya daripada bertindak. Pada hari Rabu (20/11/2019), PureHeart meghadiri acara sebuah acara yang banyak dihadiri oleh startup-startup Indonesia, yaitu Scale Up 2019 dengan tema Turning Point, di senayan city Jakarta yang diselenggarakan oleh Endeavor. Acara ini diharapan dapat menginspirasi dan dikemudian waktu akan banyak terlahirnya startup baru di Indonesia yang membawa sebuah perubahan besar bagi negara, acara belum dimulaipun atmosfer yang tercipta dalam acara itu sangatlah positif dan membuat bersemangat.
Nuturing Your Scaleup Mindset adalah salah satu topik perbincangan interaktif yang menarik dalam acara ini dengan narasumber Aldi Haryopratomo dari Gopay dan Arief Widhiyasa dari Agate. Keduanya memiliki cerita menarik dalam perjuangan mengembangkan usahanya, bagaimana mereka menentukan dan memilih kapan waktu untuk mereka dapat scale up usahanya. Dimana ternyata banyak sekali hal yang tidak dikira yang telah terjadi kepada mereka dalam membangun bisnisnya dan bagaimana mindsetnya mempengaruhi apa yang menjadi keputusan mereka. PureHeart pun penasaran apasih yang membuat mereka memutuskan untuk scale up?

Perbincangan ini langsung dibuka oleh sebuah kesamaan menarik dari keduanya yaitu, apa yang mereka terapkan dalam usahanya adalah passion mereka. Aldi, senang membantu dan membuat alat atau sistem yang memudahkan suatu pekerjaan. Dan Arief sendiri, yang memiliki passion kepada game. Menurut mereka berdua, melakukan apa yang menjadi passion kita membuat kita merasa dekat secara pribadi atas apa yang kita kerjakan, akan tabah pada setiap kondisi maupun situasi yang menghadang, lalu membuat kita bersinar pada saat membicarakannya karena itu adalah apa yang kita cintai. Begitu pula apa yang selalu PureHeart tekankan, dimana lakukanlah kebaikan sebagaimana kebaikan ini adalah passion kita sendiri dari hati nurani kita, buatlah diri kita bersinar saat melakukannya buka sebagai topeng atau sebuah status yang kita kejar untuk kepentingan diri sendiri.
Lalu, kapan waktu yang tepat untuk scale up? Apakah kita sebenarnya mengetahui waktunya?

Mungkin hal ini berbeda-beda bagi setiap individu maupun perusahan. Bagi Aldi, waktu tepat untuk scale up adalah dengan melihat keadaan customer, apakah mereka senang atau sebaliknya? Kemudian rasa tanggung jawab atas konsumennya dan merasa memiliki sebuah amanah yang harus dilaksanakan,didukung dengan kesempatan yang memang memungkinkan. Pernyataan ini menunjukan bahwa sebagai pembisnis, kita tidak hanya mengejar sebuah keuntungan melainkan kitapun mempedulikan keadaan pelanggan kita dengan begitu tumbuhlah ikatan yang lebih dalam daripada hanya sebatas produsen dan konsumen. Dan bagi Arief, alasannya untuk scaleup lebih karena alasan personal, yaitu harapannya untuk menyediakan kesempatan bagi para pembuat game untuk menyalurkan keahlain dan keinginannya. Siap tidak siap, itu dilakukan demi keinginanya agar orang-orang dapat memiliki wadah menyalurkan kesukaannya pada game, dedikasi yang cukup dalam bukan?
Namun, mereka pun mengingatkan bahwa scaleup itu juga jangan terlalu dipaksakan hingga lupa untuk mereview apa yang telah dilaksanakan agar tidak kehilangan arah.

Siapa yang tidak penasaran dengan tantangan yang dihadapi mereka pada saat scaleup?
Secara umum, pembisnis pasti bertemu sebuah krisis yang tidak terhitung, itulah tantangan terbesarnya bagaimana mereka bertahan pada setiap krisis yang menghadangnya. Namun bagi Aldi apapun krisis itu, yang berpengaruh sebagai kekuatannya dalam melewati krisis itu adalah sebuah team yang solid, team yang tidak meninggalkan pada saat-saat genting. Dapat dibayangkan betapa berharganya sebuah team seperti itu, yang bersedia berjuang pada saat senang dan susah di perusahaannya. Pribadi seperti itulah yang ingin kami bentuk dalam PureHeart, bukan seseorang yang hanya berorientasi kepada hasil akhir namun terus berjuang dalam semua prosesnya karena kami yakin, usaha tidak menghianati hasil.

Posted on

Ide Kolaborasi Membangun Perekonomian Negara

Menurut kalian apa sih yang dibutuhkan suatu negara untuk membangun perekonomian Indonesia? Mungkin dalam acara Scale Up 2019 dengan tema Turning Point yang diadakan rabu (20/11/2019),di Senayan City Jakarta yang diselenggarakan oleh Endeavor dapat membuka pikiran kita dan menemukan sebuah cara dalam membangun perekonomian Indonesia.
Acara yang penuh dengan startup ini, dibuka dengan sambutan dari ketua dewan Endeavor Indonesia Harun Hajadi, yang menjelaskan tujuan dari digelarnya kegiatan ini adalah untuk mendorong terciptanya enterpreneur yang memiliki high impact secara ekonomi maupun sosial. Salah satunya yang diharapkan adalah mendorong terciptanya lapangan kerja baru, untuk persoalan ini PureHeart pun setuju dengan tujuan ini akan sangat membantu masyarakat untuk menaikan taraf hidupnya dalam segala aspek pada saat memiliki sebuah pekerjaan, yang kemudian dapat sedikit demi sedikit menaikan perekonomian Indonesia secara bertahap.

Acara ini dilanjutkan dengan diskusi bertemakan Public-Private Collaboration, dengan pembicara Adrian Gunadi dari Investree, Marshall Pribadi dari PrivyID dan Hari Sungkari dari Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/ Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Perbincangan ini sangat menarik karena mebawa dua “kubu” dari sisi pemerintah dan sisi pembisnis. Tema yang disoroti adalah sebuah kolaborasi dari startup dan pemerintah dalam menciptakan sebuah ekosistem kondusif yang saling mendukung dalam hal mengembangkan bisnis dan bagaimana pembisnis dapat memberikan timbal balik kepada negara. Dari sektor pembinis atau entrepreneur, perlu sebuah dukungan dari pemerintah dalam menyederhanakan proses-proses birokrasi dan juga perlunya perhatian khusus pada peraturan baru atau menyempurnakan peraturan yang ada, sehingga dengan begitu para pelaku bisnis dapat merasa di dukung dan dianggap ada oleh pemerintah.

Di sisi pemerintahan yang memiliki tujuan menaikan angka pertumbuhan ekonomi Indonesia tentu tidak dapat bekerja sendiri juga, pemerintah perlu bantuan dari para pelaku bisnis di Indonesia untuk bersama-sama membangun Indonesia. Oleh karena itu pemerintah memerlukan adanya timbal baik atau perhatian dari entrepreneur kepada Indonesia, terutama membuka lapangan pekerjaan baru bagi warga Indonesia. Disebutkan pula, saat ini adalah waktu yang terbaik untuk meningkatkan startup dengan pemerintahan yang makin supportive dan melek kepada startup yang diharapkan munculnya banyak inovasi inovasi fundamental untuk Indonesia yang menghasilkan banyak intelektual properti di negeri ini.

Hari Sungkari pun menyebutkan bahwa karakter merupakan point pertama yang menentukan kita, dalam segala hal termasuk dalam mengembangkan bisnis yang tentu harus didasari dengan business plan yang baik. Maka dari itu ia menekankan kita untuk memiliki karakter yang “Be Positive”. PureHeart sangat setuju dengan pernyataan dan ajakan ini, terlebih lagi pernyataan ini dikatakan oleh seseorang yang memiliki pengaruh besar dalam bidangnya. Be Positive, dengan menjadi sosok seperti itu saja dalam berbinis akan menghasilkan hal yang baik apa lagi jika sosok seperti ini kita terapkan pada semua aspek dalam hidup kita? Bukan hanya positive untuk diri sendiri melainkan dapat membawakan dampak positive untuk sekitar kita.

Posted on

Bersedekah Melalui Cashback e-Wallet

Artikel ini merupakan bagian dari program #MelekUang: E-Wallet, entah apa yang merasuki-Mu ?!
Program ini merupakan kerjasama antara beberapa perusahaan berbasis blockchain untuk meningkatkan kesadaran atas perlindungan data pengguna dan transaksi finansial khususnya uang dan dompet digital (e-wallet).
Tulisan-tulisan dalam program #MelekUang, terinsipirasi dari kejadian-kejadian nyata. Walaupun demikian, beberapa tokoh, karakter, kejadian, lokasi dan dialog adalah fiksi dan disusun dengan dramatis agar lebih menarik. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.

Kamu sering menggunakan cashback dari dompet elektronik? Atau kamu memang cashback hunter? Gila cashback dari dompet elektronik memang benar-benar bikin bucin ingin menggunakan cashback tersebut. Pernahkah kalian berpikir cashback tersebut bisa membantu orang lain yang membutuhkan? Seperti menjadikan cashback tersebut sebagai sedekah? Contohnya jika kamu dapat cashback dari dompet elektronik Rp 10.000, kamu bisa gunakan uang tersebut untuk bersedekah memberikan orang lain yang membutuhkan makanan. Itu akan lebih bermaanfaat bagi kita semua. Apakah kalian sudah mulai sadar dengan hal itu? Mari berubah dari hal terkecil. Mari bergabung bersama kami PureHeart untuk membantu anak-anak diluar sana yang membutuhkan bantuan kita, kita bisa bersedekah bukan hanya saat kita sedang berlebih   

e-Wallet, entah apakah yang merasuki-Mu ?!

Program ini merupakan kerjasama dari beberapa perusahaan berbasis blockchain di Indonesia untuk memberikan pemahaman yang lebih mendalam terhadap keamanan data dan transaksi finansial secara digital khususnya e-wallet.

Beberapa perusahaan yang terlibat adalah:

Temindo (Teknologi Mandiri Indonesia, PT)

TEMINDO adalah perusahaan yang memberikan solusi otomasi bisnis untuk integrasi dan kolaborasi perusahaan-perusahaan dengan teknologi blockchain.
Website: https://www.temindo.com

PureHeart

PureHeart adalah inisiatif yang berbasis kegiatan sosial yang berkomitmen kepada tujuan pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development goals) dengan teknologi blockchain secara menyeluruh (end-to-end) sehingga taraf hidup masyarakat Indoensia semakin meningkat.
Website: https://pureheart.ledgernow.com

SSC (Sustainable Supply Chain)

SSC (Sustainable Supply Chain) adalah solusi blockchain untuk kolaborasi cepat dan aman bagi perusahaan-perusahaan dalam rantai pasok (supply chain) yang bertujuan untuk mengurangi biaya operasional, meningkatkan pelayanan konsumen dan mempercepat pengiriman barang dan jasa ke konsumen.
Website: https://www.ssc.co.id

YONK

YONK adalah sebuah aplikasi pengelolaan keuangan untuk pemilik UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) sehingga mereka mendapakan laporan keuangan yang real time dengan fitur predicition analysis untuk membantu meningkatkan kredibilitas UMKM kepada perusahaan pembiayaan (Financing Companies) menggunakan teknologi blockchain.
Website: https://www.yonk.io

PIE

PIE (Personal Identification Exchange) adalah solusi KYC (Know Your Customer) berbasis blockchain untuk mencegah terjadinya pencucian uang (Anti Money Laundry / AML) dan pembiayaan terorisme (Terrorism Financing)
Website: https://www.pie.co.id

AELL

AELL adalah solusi untuk membantu pengelolaan data rekam medis secara digital dan terintegrasi antar rumah sakit dan klinik sehingga mempercepat proses pelayanan pasien, mempermudah rujukan dan melindungi data pasien dengan teknologi blockchain.
Website: https://www.aell.co

BIJAK

BIJAK adalah perusahaan berbasis teknologi untuk membantu perusahan-perusahaan dalam mengimplementasi teknologi blockchain yang optimal dan dapat mempercepat proses bisnis yang terintegrasi yang aman dan terpercaya.
Website: https://www.b-jak.com

VIE

VIE adalah aplikasi manajemen bisnis yang memudahkan pengelolaan bisnis secara terintegrasi berdasarkan sistem manajemen mutu ISO 9001:2015 (atau terbaru) dengan teknologi blockchain.
Website: https://www.vie.co.id