Masyarakat pesisir dikenal sebagai salah satu penggerak ekonomi Indonesia dari sektor lautan. Dengan kekayaan sumber daya laut serta sumber daya perikanan hidup selaras dengan masyarakat yang tinggal disana. Kita sendiri pun tahu bahwa Indonesia adalah negara yang sebagian besar daerahnya merupakan area maritim dengan berbagai macam kekayaan yang terkandung di dalamnya. Namun, meskipun demikian masyarakat pesisir sekarang ini masih saja diterpa oleh masalah kemiskinan, sehingga membuat mereka harus bertahan hidup ditengah-tengah wilayah mereka yang memiliki hasil kekayaan sumber daya pesisir dan lautan yang melimpah ruah. Banyak sekali faktor yang membuat mereka harus hidup dalam garis kemiskinan, seperti contohnya masyarakat pesisir yang sebagian besar berprofesi sebagai nelayan yang sejatinya sekali melaut bisa menghasilkan banyak ikan maupun hasil laut lainnya namun hasil tangkapan mereka dibeli dengan harga yang rendah dan tidak sebanding dengan harga yang seharusnya dijual di pasaran. Mereka pun selalu berharap agar hidup mereka bisa sejahtera kedepannya.
Seperti halnya kisah berikut ini. Aku merupakan seorang mahasiswa jurusan perikanan salah satu universitas terkenal di Jakarta yang sedang melakukan praktek KKN di sebuah desa di pesisir pantai di wilayah Jawa Tengah. Aku pun disana bersama temanku Reza berencana meneliti tentang kesejahteraan nelayan di desa tersebut. Sesampainya di desa tersebut, aku sangat kaget karena tempatnya benar-benar kurang dari kata sejahtera. Kemudian kami berdua pun mulai melakukan riset dengan melakukan wawancara dengan nelayan setempat. “Pak, sudah berapa lama kira-kira bapak jadi nelayan?” Ujarku. “Yaa, kira-kira sudah hampir 10 tahun lah. Saya sebenarnya jadi nelayan karena tidak ada pilihan lain, kan potensi laut kita sangat besar harusnya jika diolah akan cukup untuk kebutuhan keluarga-keluarga disini.” Kata Pak Somad padaku. “Bagaimana kira-kira hasilnya pak?” Tambah Reza. “Yaa, gimana yaa, walaupun potensi laut kita sangat besar tapi gak sebanding dengan penghasilan kita nak. Tengkulak-tengkulak di pasar hanya menghargai ikan kita dengan harga yang murah, kita sih juga pengennya dihargain yang sesuai seperti pasaran. Padahal kalo kita jual langsung kita bisa sejahtera nak.” Pak Somad menambahkan.
“Apa pemerintah pernah kasih bantuan pak?“ Kataku. “Hmmm pernah sih waktu itu dikasih modal kapal dari tengkulak dan sebenarnya itu bantuan dari pemerintah, lumayan lah waktu itu bisa dapat ikan banyak.” Kata Pak Somad. “Tapi ya gitu mereka main curang dengan ngasih kita kapal tapi harga ikan-ikan kita juga dimurahin, kita mah bisa apa kalau gak ada kapal kan kita gak bisa melaut.” Tambahnya. Pak Somad hanyalah nelayan kecil yang tidak lepas dari ketergantungannya kepada tengkulak. Untuk operasional kapal yang diberikan dari tengkulak pun biayanya cukup tinggi baik untuk perawatan kapal, bensin dan lain-lain. Penghasilan para nelayan ini pun hanya habis untuk biaya -biaya tersebut serta untuk kebutuhan sehari-hari. Cerita Pak Somad ini sangat mewakilkan perasaan para nelayan kecil yang merasa ditekan oleh keadaan. Hasil keuntungan dari tangkapan mereka yang melimpah lebih banyak dirasakan oleh tengkulak dan mereka ini pun hanya bisa sedikit merasakan keuntungan tersebut. Oleh sebab itu kita berdua pun berpikir untuk menemukan solusinya dan akhirnya Reza mempunyai ide untuk menerapkan sebuah teknologi Blockchain dalam sebuah aplikasi nelayan untuk membantu mereka mengefisiensikan serta memudahkan mereka dalam bekerja.
Hal ini pun seolah menjadi harapan bagi nelayan seperti Pak Somad. Dengan memungkinkan adanya integrasi data ke dalam satu sistem dan dapat mengefisienkan kinerja para nelayan ini, kedepannya ia dapat dengan mudah melihat titik-titik dimana lokasi yang terdapat banyak ikan. Ia juga dapat mengatur perencanaan dalam melaut seperti mendata awak kapal, persediaan logistik kapal dan bahkan bahan bakar yang akan dipergunakan. Lalu untuk mengurus perizinan kapal pun bisa dimudahkan dengan adanya teknologi ini. Hasil tangkapannya juga dapat langsung dijual kepada konsumen dengan harga yang sesuai tanpa harus melalui tengkulak. Melalui teknologi ini bisa menjawab harapan para nelayan seperti Pak Somad ini untuk hidup lebih sejahtera.
Dengan adanya aplikasi nelayan ini Pak Somad pun bisa lebih tenang dalam menghidupi istri serta anaknya yang baru memasuki bangku SMP. Anaknya yang sudah mulai beranjak menjadi remaja ini, sebenarnya hampir putus sekolah, namun tanpa kenal lelah Pak Somad mencari cara agar dapat menyekolahkan anaknya dengan layak karena ia tidak mau anaknya tersebut menjadi seperti dirinya yang tidak tamat sekolah dan akhirnya menjadi nelayan. Mayoritas anak-anak di desa ini memang tidak memiliki edukasi yang baik serta informasi akan pendidikan sehingga tidak melahirkan generasi penerus yang dapat berpikiran maju. Kami berdua pun juga mengajak Pak Somad untuk bekerjasama dengan Pureheart yang dimana memberikan program beasiswa full kepada para anak nelayan untuk dapat menempuh pendidikan formal secara layak seperti anak-anak lainnya yang berada di kota. Pak Somad pun gembira tentunya karena harapannya untuk dapat menyekolahkan anaknya sampai selesai bisa terwujud. Ia pun langsung mengarahkan anaknya untuk dapat melanjutkan pendidikan sekolah favorit yang ada di kabupaten dekat desa mereka agar anaknya bisa belajar dengan sungguh-sungguh dan bisa membawa ilmu yang baik demi mendongkrak kemajuan ekonomi keluarga. Pureheart turut andil dalam membantu program pendidikan untuk mempersiapkan generasi-generasi terbaik penerus bangsa dan juga untuk menghasilkan sumber daya manusia yang unggul. Jika anda ingin tahu lebih lanjut, silahkan cek website www.pureheart.ledgernow.com untuk informasi selengkapnya.