Sudah pada tahu apa itu stunting? Stunting adalah Istilah yang satu itu sering diasosiasikan dengan kata “kerdil.” Namun secara medis, stunting bisa diartikan sebagai sebuah kondisi di mana tinggi badan seorang anak lebih pendek dibanding anak seusianya. Penyebab utamanya adalah asupan gizi buruk sejak masih dalam kandungan.
Lalu apa sih hubungannya kerugian negara dengan stunting ini? Mari kita simak kisahnya Razi.
Desa Koto Baru, Riau. Tata dan Razi adik kakak, yang memiliki jarak usia hanya satu tahun, Tata adalah kakak Razi. Saat ini Razi masih sekolah dasar kelas 4 dan Tata kelas 5. Mereka tumbuh besar bersama, makan nasi lauk yang sama. Tetapi ada perbedaan Razi dan Tata, Razi lebih pendek dibanding Tata, di sekolah pun Razi menjadi anak laki-laki paling pendek di kelasnya. Ibu Razi mulai sadar ketika Razi selalu mendapat rangking terakhir di kelas, Razi lambat membaca, susah menghafal. Lalu ibu Razi membawa Razi ke posyandu untuk diperiksa, kata dokter urusan fisik Razi di bawah rata-rata. Dari kecil sampai sekarang gerak-gerik Razi itu lambat dibanding Tata. Baik berjalan, menulis, daya tangkapnya juga lambat.
Di Jakarta Angga mengalami gejala yang sama, ia lebih pendek di antara teman sekelasnya, usia Angga 9 tahun tinggi badan hanya 92 cm, sedangkan rata-rata tinggi badan anak laki-laki usia 7 tahun adalah 113 cm. ibu Angga adalah seorang pegawai bank swasta yang sibuk, dan ayah Angga seorang pegawai di perusahaan swasta yang lebih sibuk.
Angga tinggal bersama pembantu rumah tangga, setiap hari Angga diurus oleh pembantunya karena orang tua Angga sibuk bekerja. Mereka tinggal di apartemen kecil di Jakarta selatan. Kerana ibunya terlalu sibuk, jadi kurang memperhatikan anak mereka satu-satunya itu. Saat itu ibu Angga dipanggil ke sekolah, karena Angga benar-benar tidak bisa fokus belajar, dia selalu melamun, kebanyakan diam, daya tangkap lambat, susah berinteraksi dengan orang. Setelah dibawa ke rumah sakit ternyata Angga terkena stunting atau kurang gizi kronis. Kurang gizi kronis ini terjadi kepada Angga bukan karena orangtuanya tidak mampu, melainkan Angga makan sembarangan. Angga sering makan junk food, gizi makanan tersebut tidak pernah diperhatikan. Angga juga jarang terkena sinar matahari.
Kurang gizi kronis atau stunting ini terjadi akibat sang ibu terlambat menyadari pentingnya asupan gizi. Stunting disebabkan kekurangan gizi di 1000 hari pertama kehidupan perkembangan fisik dan otak anak lambat rentan kena penyakit, berpotensi obesitas, tidak produktif di usia dewasa.di Indonesia ada 9 juta balita yang terancam masa depannya. Negara merugi sebesar 300 Triliun/tahun. Apa hubungannya dengan negara? 30% kalau kita punya 10 anak pasti 3 anak kita tidak pandai ini yang membuat rugi negara ungkapan dari menteri kesehatan. Data dari World Health Organization juga menyebutkan bahwa sebagai negara Asia Tenggara, Indonesia menempati urutan ketiga sebagai negara yang penduduknya banyak menderita penyakit ini. Di atas Indonesia ada Timor Leste.
Masalah ini sebenarnya sudah lama terjadi di Indonesia. Ketika ada generasi yang lahir dan menderita stunting, maka sama saja kita membiarkan adanya generasi baru yang memiliki kemampuan kognitif lebih rendah ketimbang orang normal. Karena kemampuan kognitifnya rendah, daya nalar mereka ketika belajar 25 persen lebih rendah ketimbang anak normal.
Hal itu pun membuat para pengidap stunting berpotensi menerima penghasilan yang lebih rendah, yaitu 20 persen di bawah orang normal di masa depan. Menurut Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), jika Pendapatan Domestik Bruto Indonesia tahun 2017 yang mencapai Rp 13.000 triliun, maka kerugian dari stunting ini sifatnya 2-3 persen. kurang lebih ya nilainya Rp 300 triliun. Gimana menurutmu? Jumlah ini mencakup biaya mengatasi masalah ini, dan hilangnya potensi pendapatan akibat rendahnya produktivitas anak yang tumbuh dengan kondisi itu lho
Jika 1 anak stunting itu sama dengan bencana individu, jika sudah 9 juta anak mengalami stunting maka ini bencana populasi negara. Mari kita sama-sama mencegah agar anak Indonesia terkena stunting, sebagai orang tua juga berperan penting untuk mengawasi gizi anak. Anak Indonesia adalah generasi penurus bangsa ini, pure heart (https://pureheart.ledgernow.com/ ) membantu anak-anak Indonesia untuk menjadi generasi emas, PureHeart sistem aplikasi blockchain yang memberikan kemudahan bagi pengguna untuk ikut membantu anak-anak Indonesia dengan memberikan pendidikan dan sumbangan bagi mereka untuk menjadi lebih berkembang dan maju.