Indonesia negara kepulauan terbesar di dunia, yang bukan rahasia lagi kalau Indonesia adalah salah satu pusat ekosistem laut di dunia. Laut Indonesia pun menjadi rumah dari berbagai biota laut yang indah dan beragam jenis ikan yang berlimpah dengan panorama lautan maupun pesisir yang indah. Begitu pula dengan hutan, pegunungan dan seluruh kekayaan alam Indonesia yang keindahannya merupakan aset yang sangat penting bagi negeri ini. Namun, semakin lama bukan keindahan dan kekayaan alam yang disoroti, melainkan sebaliknya. Kerusakan, pencemaran, hingga kepunahan dan kematian hewan serta tumbuhan.
Kita tidak bisa terus menerus menutup mata dan telinga kita terhadap apa yang terjadi kepada lingkungan kita yang semakin hari memburuk akibat pencemaran lingkungan. Banyak binatang mati hanya karena sesuatu yang kita anggap wajar dan di remehkan, yaitu sampah plastik. Kita sudah mengetahui bahwa plastik adalah bahan yang sulit terurai, namun masih kita gunakan secara berlebih, sekali pakai, hingga dibuang sembarang tempat. Akibatnya, banyak biota laut yang mati secara sia-sia karena menelan sampah plastik yang terbawa ke lautan. Hingga negeri ini dijuluki salah satu penyumbang sampah plastik terbesar di dunia. Apakah kita tidak malu?
Saat ini, budaya mengurangi penggunaan plastik mulai gencar-gencarnya diterapkan di Indonesia dan juga seluruh dunia dalam bumi ini demi mengurangi dampak pencemaran sampah plastik yang makin menjadi. Banyak langkah yang dilakukan, mulai dari tidak menyediakan kantong plastik secara gratis dan akhirnya menggerakan masyarakat untuk selalu membawa tas sendiri untuk belanja. Begitu juga dengan tidak menyediakan sedotan plastik yang efeknya sama-sama berbahaya untuk lingkungan maupun hewan. Jadi langkah apa yang telah kalian mulai?
Rania dan teman-temannya ingin melakukan sesuatu untuk kasus ini. Seperti yang sedang terjadi, pengurangan kantong plastik kami antisipasi dengan tottebag. Sedotan? Sebisa apapun kita tidak menggunakan sedotan, jika terpaksa kita dapat menggunakan reusable straw atau memastikan sedotan itu dibuang pada tempatnya. Kemudian Rania menemukan hal yang lain, jika kita makan di restoran atau sekedar membeli makanan yang dibungkus untuk dibawa pulang, tanpa ditanya pun kita akan diberi sendok, garpu atau sumpit. Sebagian besar dari restoran skala kecil ke skala besar jika kita membungkus makanan akan mendapat sendok dan garpu plastik. Bahkan, pernah kejadian juga, disaat sudah menolak untuk diberikan sendok garpu, malah penjualnya tetap memberikan kita itu.
Tidak hanya itu sama halnya dengan makanan kemasan. Seperti mie dalam cup, sereal, dan lain-lainnya yang serupa didalamnya menyediakan alat makan. Walaupun terlihat sangat simpel, dan memudahkan kita karena sudah sepaket dengan makanannya tapi setelah itu apa yang kita lakukan dengan sendok atau garpunya? Seringnya, kita buang bersama dengan bekas makanan. Benar tidak?
Rania tersadar, bahwa kita tidak bisa setengah-setengah dalam menanggulangi masalah ini, tidak bisa hanya memperhatikan satu barang plastik diantara berbagai jenis barang plastik lain yang kita pakai sehari-hari secara sekali pakai.
“ Kita ganti saja alat makan sekali pakai itu dengan alat makan milik kita sendiri yang dapat digunakan berkali-kali. “ Seru Rania kepada teman-teman kantornya yang suka membeli makanan bungkus untuk makan dikantor. “Nah, lebih efektif lagi, jika kita membawa tempat makan lengkap dengan alat makannya aja ya! Jadi, tidak perlu pakai plastik atau sterofoam lagi kalau kita bungkus makanannya” tambah Nia.
Nah pas bangetkan! hingga saat ini masih banyak yang belum move on dari bungkus plastik maupun sterofoam. Lagi pula, sudah banyak pula di pasaran sebuah set makanan travel kit yang memiliki ukuran kecil dan mudah dibawa kemana saja. Lebih mudah lagi kita bawa saja sendok, garpu dan tempat bekal dari rumah. Eco friendly bangetkan? Hal kecil, yang sedikit-dikit jika semua orang dapat melakukannya akan menjadi sebuah dampak yang besarkan?
“Tapi, kalau kita membawa alat makan sendiri, lalu alat makan yang didapatkan dari makanan berkemasan bagaimana dong?” celetuk Mia yang masih bingung.
“ Simpel, kita simpan saja pastinya” jawab Rania santai, karena masalahnya bukanlah soal ada dan tiada atau punya dan tidak punya sendok plastik. Tapi setidaknya kita dapat mengendalikan dulu penggunaan alat makan plastik sekali pakai. Kalau kita sering menggunakan itu dan tidak melakukan sebuah gerakan baru untuk mengganti pemakaian plastik, kapan persoalan sampah plastik ini selesai?
Mulailah dari hal kecil seperti membawa alat makan sendiri yang tidak sekali pakai. Jika kita mendapatkannya dari makanan kemasan, bisa kita simpan terlebih dahulu. Jika sudah terkumpul banyak, bisa kita gunakan lagi jika ada acara yang perlu menggunakan alat makan dalam jumlah yang banyak dengan budget terbatas, hal ini juga dapat menjadi salah satu cara untuk menghemat pengeluaran dan selain itu, kita bisa mengatur bekas pakainya apakah masih layak pakai atau tidak, jika tidak kita bisa memisahkan sampahnya dengan benar. Sampah pun tidak selalu menjadi sampah, mungkin bekas sendok dan garpu plastik ini bisa dijadikan sebuah karya yang bernilai saat berada ditangan yang tepat. Nah, hal ini bisa menjadi salah satu peluang bisnis juga, kita kumpulkan bekas pemakaian alat makan itu, kita bersihkan dan kita jual kepada pengrajin-pengrajin dengan harga yang bersahabat tentunya.
Gerakan ini pun dapat menjadi sebuah inisiasi atas alat makanan yang berhasil kita kumpulkan dalam makanan kemasan untuk disalurkan kepada teman-teman kita diluar sana yang kekurangan alat makan, sekaligus mengedukasinya bagaimana perawatan dan penggunaan alat makan yang baik dan benar sekaligus sampah yang dihasilkannya.
Banyak hal yang dapat dilakukan dengan alat makan yang terkumpul itu. Namun, tujuannya akhirnya adalah untuk mengurangi penggunaan alat makan sekali pakai, dengan alat makan kita sendiri yang dapat digunakan berkali-kali, sehingga akan tercipta sebuah budaya baru dalam masyarakat tentang seberapa pentingnya membawa alat makan sendiri. Sampah berkurang, lingkungan terselamatkan, hidup kita lebih sehat dan bersih.
PureHeart mengajak kita semua untuk saling bahu membahu mewujudkan dunia yang harmonis dimulai dari menjaga lingkungan kita dari bahaya sampah yang tidak ditangani dengan baik. Selain itu juga mewujudkan rasa saling bergotong royong menjaga bumi dari sampah, demi kehidupan bersama yang sehat bersih dan harmonis, mulai dari membawa alat makan sendiri kemana pun, dimana pun.