Sekitar bulan November dan Desember merupakan bulan-bulan yang mungkin ditunggu oleh orang-orang, selain memasuki penghujung tahun bulan-bulan ini juga merupakan musim liburan sehingga orang-orang banyak yang menantikannya. Begitu juga bagi para nelayan yang tinggal di pesisir pantai, ketika bulan-bulan ini tiba mereka tampak senang karena sudah memasuki musim untuk panen ikan. Sorak sorai para nelayan mulai terlihat dari ramainya kapal-kapal yang berkumpul di lautan. Pada bulan-bulan ini ikan-ikan akan sangat mudah untuk ditemui karena ikan-ikan tersebut akan mudah muncul ke permukaan. Berbagai macam aktivitas bisa kita temui disana mulai dari penyetoran ikan, menimbang kuantitas ikan-ikan tersebut, penyortiran ikan, transaksi pembayaran sampai ke pengiriman ikan-ikan tersebut ke pasar maupun ke konsumen langsung. Bisa dibilang musim seperti ini merupakan musim yang amat mensejahterakan para nelayan karena bisa menghasilkan ikan yang banyak dari lautan.
Warga desa pesisir pun juga bagai kebanjiran rezeki, beberapa pemuda-pemuda disana mendapatkan pekerjaan tambahan sebagai tukang timbang, tukang angkut sampai menjaga keamanan di pasar ikan yang ada disana. Sangat terlihat aktivitas di desa nelayan ini yang begitu hidup dan aktif pada saat itu. Terlihat raut senyuman di setiap wajah para warga dan dengan gembira mereka bisa mengais rezeki dan bisa membawa pulang uang di genggamannya. Jika kita menelusurinya lebih jauh, maka akan muncul beberapa pertanyaan. Sebenarnya para nelayan ini hanya menyetor ikan-ikannya kepada satu pengepul atau tengkulak yang dimana menguasai sistem perputaran penjualan ikan serta uang disana. Disaat kita bisa melihat aktivitas timbang menimbang antara nelayan dan pengepul tersebut, kita bisa melihat para nelayan berbaris menunggu antrian untuk mendapatkan uang dari hasil tangkapannya. Namun yang sebenarnya terjadi adalah harga yang diberikan oleh para pengepul ini ke para nelayan untuk ikan-ikannya sangatlah murah dan bahkan jauh dari harga pasaran yang seharusnya bisa dijual. Hal ini bisa terjadi karena pengepul atau tengkulak tersebut memberikan modal ke para nelayan untuk melaut sehingga sebagai timbal baliknya harga hasil tangkapan para nelayan ini bisa dibayar murah oleh mereka, sungguh tidak adil bukan?
Kondisi seperti ini terus dialami nelayan selama bertahun-tahun, uang yang diterima mereka hanya cukup untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari namun itu juga sangat pas-pasan. Seperti salah satu nelayan yang bernama Supri, ia sudah hampir 20 tahun bekerja sebagai nelayan dan hidupnya pun masih begitu-begitu saja. Ia setiap hari bekerja dengan giat namun hasilnya tidak sebanding dengan apa yang ia harapkan. “Dikasih harga berapa nih kira-kira?” Kata Supri. “Ini sih dapat 60 kilo, tapi paham kan saya cuma bisa kasih harga berapa per kilonya? Masih bagus saya kasih lebih ini.” Ucap sang tengkulak. Supri pun hanya bisa pasrah menerima keadaan ini, keadilan sosial bagi para nelayan yang diharapkannya sejak dulu hanya angan-angan belaka. Karena keterbatasan pengetahuan dan edukasi mereka tentang potensi pasar baik dari kualitas serta harga ikan, hal ini lah yang menjadi penyebab mereka bisa dimanfaatkan oleh para tengkulak ini.
Kondisi seperti inilah yang membuat aplikasi nelayan dari Ledgernow memiliki perhatian lebih terhadap kehidupan nelayan. Dengan menerapkan teknologi Blockchain dalam sebuah aplikasi nelayan tentunya dapat membantu untuk memudahkan mereka dalam bekerja. Seolah menjadi harapan bagi nelayan seperti Supri, kedepannya ia dapat dengan mudah melihat laporan laut serta kondisi cuaca disana, lalu juga titik-titik dimana lokasi yang terdapat banyak ikan. Ia juga dapat mengatur perencanaan dalam melaut seperti pendataan awak kapalnya, persediaan logistik kapal sampai bahan bakar yang akan dipergunakan. Lalu untuk mengurus perizinan kapal pun bisa dimudahkan dengan adanya teknologi ini. Tentunya hal ini berpengaruh ke hasil tangkapannya yang dimana ia bisa mendapatkan berbagai jenis-jenis ikan dengan kualitas yang terbaik dan ikannya pun bisa langsung ia jual ke konsumen dengan harga yang sesuai kualitas dan pasarannya. Dengan begini ia bisa bebas dari cengkraman tengkulak dan mendapatkan keadilan yang dapat mensejahterakan hidupnya serta para nelayan lain yang tinggal di pesisir.
Sebagian besar warga di desa pesisir ini memang hidup dengan memanfaatkan lautan sebagai penopang ekonomi keluarga. Anak-anak di desa tersebut pun dengan setia membantu ayah-ayah mereka untuk pergi melaut bahkan sampai mengorbankan pendidikannya. Seperti halnya Supri, ia pun juga awalnya membantu ayahnya dan kemudian pekerjaan ini diwariskan padanya sebagai penopang ekonomi keluarga. Mayoritas anak-anak di desa ini memang tidak memiliki edukasi yang baik serta informasi akan pendidikan sehingga hal ini lah yang membuat mereka mudah dipengaruhi orang serta dikendalikan, seperti contohnya para nelayan yang dikendalikan oleh tengkulak karena kurangnya edukasi tentang potensi pasar serta kualitas ikan. Maka dari itu Pureheart dengan program beasiswa full untuk pendidikan bisa membantu para anak-anak nelayan ini untuk mendapatkan pendidikan yang layak serta edukasi yang baik. Pureheart berkontribusi untuk menciptakan kualitas anak-anak di desa nelayan melalui aktivitas-aktivitas serta program yang mengedukasi bagi mereka. Melihat hal ini, Supri pun ingin anaknya dapat menyelesaikan pendidikannya sampai selesai agar tidak menjadi seperti dirinya. Dengan mendapatkan pendidikan yang layak untuk anak-anak di desa tersebut tentunya memberikan dampak positif bagi keluarga para nelayan ini, selain memiliki edukasi yang baik dan cukup anak-anak di desa nelayan ini juga bisa melakukan kegiatan yang positif dan produktif. Jika ingin tahu lebih lanjut bisa kunjungi website https://pureheart.ledgernow.com/ untuk info selengkapnya.